Jurnal
EFEKTIFITAS
KHITHABAH DALAM DAKWAH ISLAM
Ahmad
Gojin,
Sekolah
Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Sirnarasa Ciamis-Jawa Barat
Cisirri-Panjalu-Ciamis-Jawa
Barat
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
epektifitas khitahbah dalam kegiatan dakwah Islam. Kegunaan penelitian ini untuk memberi informasi dan bahan
pemikiran akademisi dakwah dan masyarakat luas tentang
epektifitas khithahbah dalam proses dakwah.
Penelitian ini
berangkat dari suatu landasan teoritis tentang
epektifitas khitahbah dalam kegiatan dakwah Islam. Pendekatan dalam
penelitian ini ialah deskritif analitik. Metode ini digunakan
untuk menemukan gambaran pemecahan masalah tentang epektifitas khithabah dalam
kegiatan dakwah Islam.
Teknik penelitian
yang dilakukan dengan studi pustaka, yaitu mencari dari sumber buku-buku
(referensi) yang membahas tentang khitahabah, dengan beberapa dianalisis tahapan, yaitu mengumpulkan data tentang pengertian,
langkah-langkah khithabah, teknik-teknik khithabah, epektifitas
khitahbah serta kelebihan dan kekurangan khithabah
dalam kegiatan dakwah Islam. Data yang
diperoleh kemudian diklasifikasi dan dihubungkan antara satu sama lain guna
menghasilkan suatu kesimpulan. Data menunjukan bahwa pelaksanaan khithabah cukup epektif dengan ketentuan
dan kreteria tertentu, bagi memiliki kemapuan (da’i) retorika (seni pidato) dan
akhlak yang baik dan prosedur dakwah.
Kata Kunci: Khithabah, Epektitifas,
Dakwah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Islam adalah agama dakwah yang berisi tentang
petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang beradab,
berkualitas, dan selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang
maju untuk menjadi sebuah tatanan kehidupan yang adil. Sebuah tatanan yang
manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju, bebas dari ancaman, penindasan,
dan berbagai kekhawatiran.1
Istilah dakwah dalam agama Islam nampaknya
tidak asing lagi, bahkan sudah dapat dikatakan popular sekali di kalangan
masyarakat saat ini. Namun demikian yang sering kita jumpai sekarang bahwa
istilah dakwah oleh kebanyakan orang diartikan hanya sebatas pengajian,
ceramah, khutbah, atau mimbar seperti hal nya yang dilakukan oleh para
mubaligh, ustadz, atau khatib. Dakwah sering diartikan sebagai sekedar ceramah
dalam arti sempit. Kesalahan ini sebenarnya sudah sering diungkapkan, akan
tetapi di dalam pelaksanaannya tetap saja terjadi penciutan makna. Pada
hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam
suatu sistem kegiatan manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang
dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap,
dan bertindak.2
Namun untuk membentuk kondisi umat Islam yang
baik, baik secara individu maupun komunitas masyarakat, aktifitas dakwah
dituntut untuk mengunakan metode berdakwah yang tepat dan epektif. Meskipun
tugas seorang da’i hanya untuk menyampaikan, sedangkan masalah hasil akhir dari
kegiatan dakwah tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT, akan tetapi
sikap ini tidak menafikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari kegiatan
dakwah yang dilakukan.
Metode dakwah juga merupakan cara-cara
sistematis yang menjelaskan arah strategis dakwah yang telah ditetapkan. Ia
bagian dari startegi dakwah.
________________________
1 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), hal.
1.
2 Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal. 68-69.
Karena menjadi strategi dakwah yang masih berupa
konseptual, metode dakwah bersifat lebih konkret dan praktis. Ia harus dapat
dilaksanakan dengan mudah. Arah metode dakwah tidak hanya meningkatkan
efektifitas dakwah, melainkan pula bisa menghilangkan hambatan-hambatan dakwah.
Secara bahasa (etimologi) dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a,
yad’u, da’watan, du’a, yang diartikan sebagai mengajak
atau menyeru, memanggil, permohonan dan permintaan
(do’a). Istilah dakwah ini sering diartikan dengan istilah tabligh,
amr ma’ruf dan nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, tabsyir,
indzar, washiyah, tarbiyah, ta’lim dan khatbah.
Sedangkan kata dakwah secara istilah (terminologi) didefinisikan sebagai
kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang lain
berdasarkan bashirah untuk meniti jalan dan istiqamah serta
berjuang dalam rangka meninggikan agama Allah. Oleh karena itu, secara
terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut,
yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat.
Metode adalah suatu cara yang di tempuh atau cara yang ditentukan secara
jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir
manusia .Metode dakwah adalah jalan atau cara yang di pakai juru dakwah untuk
menyampaikan ajaran materi dakwah islam.
Dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya kehidupan umat Islam, telah
diketahui bahwa dakwah mempunyai kedudukan yang amat penting. Dengan dakwah,
dapat disampaikan serta dijelaskan mengenai ajaran Islam kepada masyarakat dan
umat sehingga mereka dapat mengetahui mana yang benar (haq) dan mana
yang salah (batil). Peranan dakwah bukan hanya sebatas agar umat dapat
mengetahui dan membedakan tetapi dakwah juga dapat mempengaruhi masyarakat
untuk bisa melaksanakan hal-hal yang baik serta dapat menjauhi apa saja yang
tidak benar yang terjadi dalam masyarakat. Sekiranya ini dapat diwujudkan dalam
masyarakat Islam, sudah tentu hasrat kehidupan yang baik di dunia dan di
akhirat.
_______________________
3 Moh. Ali Aziz, Ibid, hal.
137.
Dakwah adalah proses mengkomunikasikan materi dakwah kepada sasaran
dakwah. Oleh karena itu, harus ada pelakunya, yaitu seorang dai atau pengemban
dakwah. Seorang dai tentu harus mempersiapkan diri dalam melakukan aktivitas
dakwah. Disamping penguasaan materi dakwah dan teknik-teknik presentasi dan
komunikasi untuk penyampaian materi dakwah, seorang dai harus mempersiapkan
diri dengan membentuk karakter dai atau pengemban dakwah dalam dirinya,
sehingga menjadi sifat yang melekat yang senantiasa menjadi akhlak dan
perilakunya sehari-hari baik saat ia menyampaikan dakwah maupun saat ia
melaksanakan tugas-tugas kehidupan lainnya. Berdakwah pada dasarnya merupakan
aktivitas lisan baik yang disampaikan secara formal melalui forum-forum resmi
ataupun sekedar berbicara dengan orang- perorang dengan mengajak mereka ke
jalan Allah SWT. Penyampaian ajaran Islam secara lisan umumnya dilakukan dengan
ceramah, pidato, atau khotbah, meskipun ada juga dalam bentuk dialog. Ceramah
dan khotbah pada prinsipnya sama saja, hanya saja ceramah dapat dilakukan dalam
berbagai modifikasi dan variasi dengan gaya yang lebih bebas semenara khotbah
lebih terkesan ritual dengan rukun-rukun yang telah ditentukan, seperti khotbah
Jumat, khotbah Idul Fitri, Khotbah Idul Adha, dan dan lain-lain. Usaha untuk menyebarluaskan
Islam, begitu pula untuk merealisasikan ajarannya di tengah-tengah kehidupan
umat manusia adalah merupakan usaha dakwah, yang dalam keadaan bagaimana pun
dan dimanapun harus dilaksanakan oleh umat Islam. Penyelenggaraan dakwah Islam, terutama di masa
depan akan semakin bertambah berat dan
kompleks. Hal ini disebabkan masalah yang dihadapi dalam dakwah semakin
berkembang dan kompleks pula4.
Menurut pendapat Quraish Shihab (1995)5 bahwa dakwah merupakan bagian yang pasti ada
dalam kehidupan umat beragama. Dalam ajaran Islam, ia merupakan kewajiban yang
dibebankan oleh agama kepada pemeluknya, baik yang sudah menganut maupun yang
belum. Sehingga dengan demikian, dakwah bukanlah
___________________________
4 A. Wahab
Suneth dan Syafrudin Djosan. 2000. Jakarta. Problematika Dakwah Dalam
Indonesia Baru.Bina Rena Pariwara. Hal. 15.
5M.
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung, Mizan, 1995, hal. 194.
semata-mata timbul dari pribadi atau golongan,
mapun setidak-tidaknya harus ada segolongan (thai’fah) yang melaksanakanya terwujudnya tatanan khaira
ummah. Entitas muslim adalah umat pilihan yang mendapat perkenan dari Allah.
Dengan demikian, dakwah adalah kegiatan mengajak orang lain, seseorang
atau lebih ke jalan Allah Swt. secara lisan (dakwah bil-lisan) dan
perbuatan (dakwah bil-hal). Dan salahsatu bentuk dakwah adalah khithabah.
Kata khithabah dapat diartikan sebagai pidato, ceramah, tabligh
dan khutbah.
- Prosedur Pemecahan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana epektifitas khitahbah dalam
kegiatan dakwah Islam. Kegunaan penelitian ini dimaksudkan untuk memberi informasi dan bahan
pemikiran akademisi dakwah dan masyarakat luas mengenai epektifitas khitahbah dalam kegiatan dakwah Islam. Penelitian ini
berangkat dari suatu landasan teoritis tentang
epektifitas khitahbah dalam kegiatan dakwah Islam. Dan pendekatan dalam
penelitian ini ialah deskritif analitik. Metode ini digunakan
untuk menemukan gambaran pemecahan masalah tentang epektifitas khithabah dalam
kegiatan dakwah Islam.
Teknik penelitian yang dilakukan dengan studi pustaka,
yaitu mencari dari sumber buku-buku (referensi) yang membahas tentang khitahabah,
dengan beberapa dianalisis tahapan,
yaitu mengumpulkan data tentang
pengertian, langkah-langkah khithabah, teknik-teknik khithabah, epektifitas khitahbah
serta kelebihan dan kekurangan khithabah dalam
kegiatan dakwah Islam. Data yang
diperoleh kemudian diklasifikasi dan dihubungkan antara satu sama lain guna
menghasilkan suatu kesimpulan.
C. Permasalahan
Khitahbah merupakan salah satu metode dalam
kegiatan dakwah Islam. Maka dalam penelitian ini bagaimana mengetahuhi masalah
pengertian khitahbah, langkah-langkah apa dalam pelaksanaan khitahbah,
tatacara khithabah, epektifitas
khitahbah, serta
kelebihan dan kekurangan khithabah
dalam kegiatan dakwah Islam,
dengan mengguunakan studi pustaka, yaitu mencari dari sumber buku-buku (referensi)
yang membahas hal tersebut.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Khithabah
Dakwah Islam merupakan usaha manusia beriman untuk mempengaruhi dan
mengajak manusia agar mengikuti (menjalankan) ajaran Islam dalam semua segi
kehidupan. Menurut Amrullah Ahmad, untuk mencapai tujuan tersebut iman manusia
perlu diaktualisasikan dan dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan yang
dilaksanakan secara teratur pada dataran kenyataan individual dan
sosio-kultural dengan menggunakan cara-cara tertentu. Agar mencapai tujuan yang
efektif dan efisien, didalam pelaksanaan proses dakwah Islam diperlukan
komponen-komponen (unsur) dakwah yang harus terorganisir secara baik dan tepat.
Salah satu komponen (unsur) dakwah yang harus terorganisir secara baik dan
tepat adalah media dakwah.6
Allah SWT. telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk
melakukan dakwah. Orientasi dakwah yang Allah SWT. perintahkan adalah menyeru
dan mengajak manusia kepada jalan-Nya (
ilâ sabili rabbika) yaitu menjadi
hamba-hamba Allah yang tunduk dan patuh kepada-Nya dengan cara-cara yang
bijaksana (
bil hikmah) dan memberikan nasehat-nasehat dengan cara yang
baik pula (
wal mau’izhatil hasanah). Begitu pentingnya perintah untuk
berdakwah ini sehingga Rasulullah SAW menekankan kepada umatnya untuk berdakwah
walaupun yang disampaikan hanyalah satu ayat al-Quran saja. Oleh karena itu
dakwah adalah bagian integral dari umat
Islam yang harus
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Syaikh Ali Mahfuzh yang juga murid
dari Syaikh Muhammad Abduh memaparkan pandangannya mengenai konsep dakwah dan
batasannya sebagai berikut;
Membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan
dan bimbingan, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar,
supaya mereka memperoleh keberuntungan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Jadi salah satu cara untuk memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan di dunia
dan akhirat yaitu dengan cara menjadikan dakwah bagian dari kehidupan
orang-orang mukmin.
7
_________________________
Selain itu, dakwah juga merupakan proses komunikasi, akan tetapi belum
tentu setiap komunikasi adalah dakwah. Adapun
yang membedakannya antara keduanya terletak pada isi dan orientasi. Sedangkan pada dakwah isi pesannya jelas
berupa ajaran Islam dan orientasinya adalah penggunaan metode yang tepat.
Dakwah merupakan komunikasi ajaran-ajaran Islam dari seorang da’i kepada ummat
manusia dikarenakan didalamnya terjadi proses komunikasi. Kemampuan seseorang berbicara didepan umum yang
baik dan benar merupakan keahlian tidak dapat dilakukan oleh setiap orang. Hal
itu, karena berbicara dihadapan umum dibutuhkan persiapan, kemampuan berkomunikasi
dan teknik yang baik.8
Dalam kamus bahasa Arab-Indonesia, kata khithabah berasal dari
akar kata khathaba-yakhthubu-khutbatan, artinya berkhatbah dan berpidato.9
Dan hal yang sama, dalam kamus Arab-Indonesia kata khithabah berasal
dari akar kata khathaba-khtubatan-wa khutban-wa khathabatan, atau
dari kata khaathaba artinya berpidato dan berbicara dan becakap-cakap.10
Istilah khithabah akar katanya dari kata khutbah, artinya adalah pidato
atau ceramah dengan menggunakan lisan yang dibuat seorang penceramah yang
isinya teologis, agama dan moral, biasanya memegang perilaku kepercayaan, hukum
atau manusia.
Jadi secara etimologis (harfiyah), khuthbah artinya pidato, nasihat,
pesan (taushiyah). Sedangkan menurut terminologi Islam (istilah syara’);
khutbah (Jum’at) ialah pidato yang disampaikan oleh seorang khatib di depan
jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun
tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran), mau’idzoh
(pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat).
Jadi kata khithabah dapat diartikan dengan ceramah, pidato dalam rangka
memberikan nasehat kepada orang lain. Atau dengan kata lain, bahwa khithabah dapat diartikan sebagai upaya
sosialisasi nilai-nilai Islam melalui media lisan baik yang terkait langsung dengan
pelaksanaan ibadah mahdhah, maupun yang bukan ibadah mahdhah.
____________________________
10 Mahmud
Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, Jakarta, 1973, hal. 117.
Kata khithabah menurut Harun nasution adalah ceramah atau pidato yang
mengandung penjelasan-penjelasan tentang suatu atau beberapa masalah yang
disampaikan seseorang dihadapan sekelompok orang atau khalayak. Dengan
demikian, khitobah dapat diartikan sebagai upaya sosialisasi nilai-nilai islam
melalui media lisan baik yang terkait langsung dengan pelaksanaan iabadah
mahdhoh, maupun yang tidak terkait dengan pelaksanaan ibadah mahdhoh.
Prijosaksono
dkk. dalam buku Make Yourself A Leader (2000) menyebutkan lima indikator atau lima hukum komunikasi yang efektif
(The 5 Inevitable Laes of
Effective Communication), yaitu; 1) Respect (rasa hormat; menghargai komunikan
(objek); 2) Empathy (menempatkan diri
kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain); 3) Audible; (dapat didengarkan atau
dimengerti dengan baik); 4) Clarity (kejelasan pesan, tidak menimbulkan
multiinterpretasi); 5) Humble (rendah hati, mau menghargai, mendengar, menerima
kritik, tidak sombong). Aspek komunikasi efektif juga meliputi lima hal, yaitu;
1) Kejelasan (Clarity) pesan yang disampaikan; 2) Ketepatan (Accuracy)
kebenaran informasi; 3) Konteks (Context) gaya bicara dan pesan
disampaikan dalam situas yang tepat; 4) Alur (Flow) urutan pesan atau
sistematika penyampaian; 5) Budaya (Culture) sesuai dengan bahasa, gaya
bicara, norma dan etika yang berlaku.11
B.
Langkah-langkah Pelaksanaan Khithabah dalam Dakwah
Sejak
pertama kali Isam tampil di planet bumi ini, dakwah punya andil begitu besar
lagi menentukan. Islam berkembang dan dibina serta dikembangkan melalui
komunikasi dakwah. Karena itu Islam pun disebut agama dakwah. Predikat itu
tidak saja sangat beralasan, tapi justru memang sangat relevan, sebab secara
manual maupun secara digital atau berbasis teknologi dakwah bisa disosialisasikan
dan diaktualisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat.
Khusus dalam era kemajuan pesat di bidang teknologi komunikasi dan informasi
yang kini tengah memasuki kehidupan manusia modern, ada berbagai macam peluang
dan fasilitas yang dihasilkan teknologi komunikasi informasi, dapat
dimanfaatkan untuk mendukung sistem penyelenggaraan dakwah.
______________________
Baik bentuk
dakwah lisan, tulisan maupun perbuatan bisa disajikan dengan model-model yang
simpatik, sesuai dengan kecenderungan situasi dan kondisi objek dakwah. Model
dakwah yang komunikatif sudah saatnya ditumbuhkembangkan sejalan dengan perkembangan
peradaban dan dinamika ilmu dakwah itu sendiri. Kesempatan ini harus
betul-betul dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para ulama, cendekiawan dan
juru dakwah, serta umat Islam pada umumnya.12
Khithabah (ceramah)
merupakan metode dakwah berupa penerangan dan penuturan secara lisan yang
bertujuan untuk menggerakkan atau memotivasi untuk melakukan tindakan positif
serta mencegah pada perbuatan-perbuatan buruk. Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan khithabah (ceramah) sekurang-kuranya, antara lain sebagai berikut:
Pertama, tahap
persiapan;
Pada tahap ini yang perlu diperhatikan
adalah; a) merumukan masalah yang ingin dicapai; b)
menentukan pokok-pokok materi yang ingin dibahas. Sebab ceramah yang baik
adalah uraian dan permasalahan yang jelas, sesuai dengan tema pokok yang sedang
dibahasnya; c) mempersiapkan segala sesuatunya yang
dibutuhkan dalam ceramah, misalnya materi dan persiapan mental.
Kedua,
tahap pelaksanaan;
Pelaksanaan khithabah (ceramah) akan efektif apabila juru
dakwah (da’i) mampu mengontrol keadaan dan memberi simpati terhadap audien
(objek dakwah), sehingga audien terdorong untuk konsen terhadap materi yang
akan disampaikan oleh juru dakwah tersebut.
Ketiga, tahap evaluasi;
Pada tahapan ini ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan dan
proses ceramah dari awal sampai akhir pelaksanaan dakwah yang telah ditetapkan
sebelumnya.13
Pendapat yang lain, dalam sumber yang sama, menjelaskan bahwa langkah-langkah
yang mesti dilakukan oleh seorang penceramah, yaitu;
Pertama, persiapan. Pada tahapan ini sangat penting untuk mendukung penampilan pada saat akan
melaksanakan ceramah.
__________________________
Adapun hal-hal yang mesti
dipersiapkan meliputi persiapan mental, jasmani, dan teknis atau materi (pesan
dakwah). Dan penjelasannya sebagai berikut; 1) persiapan mental (ruhaniah).
Salah satu cara meningkatkan rasa percaya diri adalah senantiasa meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Cara lain untuk meningkatkan rasa
percaya diri, yaitu dengan berakhlak mulia. Seseorang yang hendak melaksanakan
tablig atau dakwah hendaknya memperbaiki dirinya. Jika seseorang yang berdakwah
atau melakukan kegiatan tablig berakhlak mulia, orang lain akan terdorong untuk
mengikuti ajakannya. Jika seseorang sering melakukan perbuatan tercela dan ia
mengajak pada kebaikan, orang lain tidak akan tertarik pada ajakannya.
Seseorang yang senantiasa berakhlak mulia memiliki kepercayaan penuh untuk
mengajak orang lain melakukan sesuatu. Persiapan mental berpengaruh besar pada
penampilan saat seseorang menyampaikan ceramah. Untuk membangun mental yang
kuat dapat dilakukan dengan menumbuhkan rasa percaya diri; 2) persiapan fisik
(jasmaniah). Kondisi fisik memengaruhi penyampaian materi seorang penceramah.
Oleh karena itu, persiapan fisik perlu dilakukan sebelum berceramah. Seorang
penceramah harus dalam kondisi sehat agar dapat menyampaikan isi ceramah dengan
bajk. Kondisi badan yang kurang sehat dapat menyebabkan penyampaian materi
menjadi kurang maksimal. Kesiapan jasmanai (badaniyah) dapat memengaruhi
gerakan tangan dan kaki saat berceramah. Seorang penceramah terkadang
membutuhkan gerakan-gerakan anggota tubuh untuk mendukung penyampaian materi.
Kondisi badan yang sehat akan memudahkan seseorang melakukan gerakan- gerakan
tersebut untuk mendukung penjelasan materi kepada jamaah.
Kedua, persiapan teknis. Persiapan teknis
dalam berceramah berarti mencakup cara berbicara dan semua alat yang diperlukan
untuk berceramah di depan umum. Salah satu bagian dari persiapan teknis adalah
materi. Penceramah sebaiknya memperhatikan kelengkapan materi yang meliputi
pendahuluan yang perlu disampaikan, uraian isi pokok ceramah, contoh-contoh
yang akrab dengan keseharian para jamaah, dan dalil-dalil terkait.14
________________________
C.
Tatacara
Khithabah (Ceramah)
Khithabah (ceramah) adalah suatu kegiatan yang dilakukan
dengan berbagai variasi. Beberapa orang menyampaikan ceramah dengan singkat dan
padat. Akan tetapi, ada pula orang yang
menyampaikan ceramah dengan mengorelasikan materi dengan berbagai permasalahan
yang dihadapi oleh para jamaah dalam kesehariannya. Berikut langkah-langkah
umum yang dapat dilakukan ketika khithabah berlansung, yaitu; 1) mengucap salam;
2) menyapa audien; 3) memberi pengantar;
4) menyampaikan inti pesan yang akan disampaikan; 5) memberi contoh dengan peragaan sewajarnya; 6)
mengajak audien untuk berinteraksi atau komunikasi dua arah (tanya jawab); 7) mendoakan
audien atau membuat harapan-harapan yang baik; 8) mengucapkan salam penutup.15
Agama Islam disebarluaskan oleh umatnya, sejak awal
hingga sekarang kepada seluruh umat manusia di dunia ini dengan menggunakan beberapa
cara (metode), sala satunya melalui khithabah. Metode ini merupakan
upaya dalam mentransformasikan pesan-pesan yang sifatnya transendental, yang
datangnya dari Allah SWT untuk diterjemahkan dalam bahasa lisan. Melalui metode
ini seorang khotib berusaha mengolah bahasa yang tepat, sesuai serta mudah
dimengerti oleh penerima khutbah (
mukhathab).
D.
Epektifitas Khithabah Dalam Dakwah
Agama Islam disebarluaskan oleh umatnya, sejak awal
hingga sekarang kepada seluruh umat manusia di dunia ini dengan menggunakan beberapa
cara (metode), sala satunya melalui khithabah. Metode ini merupakan
upaya dalam mentransformasikan pesan-pesan yang sifatnya transendental, yang
datangnya dari Allah SWT untuk diterjemahkan dalam bahasa lisan. Melalui metode
ini seorang khotib berusaha mengolah bahasa yang tepat, sesuai serta mudah
dimengerti oleh penerima khutbah (
mukhathab). Berdakwah pada dasarnya
merupakan aktivitas lisan baik yang disampaikan secara formal melalui
forum-forum resmi ataupun sekedar berbicara dengan orang-perorang dengan
mengajak mereka ke jalan Allah SWT.
________________________
Metode ceramah,
pidato, atau khutbah merupakan salah satu bentuk kegiatan dakwah yang sangat
sering dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Bahkan khutbah pada
hari Jumat adalah merupakan kegiatan wajib yang harus dijalankan saat
melaksanakan shalat Jumat. Supaya khutbah dapat berlangsung baik, memikat dan
menyentuh akal dan hati para jamaah, maka pemahaman tentang retorika menjadi
hal yang penting.16
Adapun,
cara menggunakan bahasa dalam pidato tidak hanya mencakup aspek kebahasaan saja,
tetapi juga mencakup aspek-aspek lain, misalnya meyusun masalah yang digarap dengan
teratur dan logis, yakni adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenran masalah itu. Oleh karena itu suatu bentuk komunikasi yang
ingin disampaikan secara efektif dan efisien akan lebih ditekankan pada
kemampuan berbahasa secara lisan. Berdakwah
tidak hanya sebatas pada ruang lingkup dalam ruang mimbar saja, akan tetapi berdakwah
itu mempunyai arti yang sangat luas. Ada berbagai sarana atau berbagai media
digunakan oleh pendakwah di antaranya melalui kesenian, tulisan, musik, mimbar
pengajian, media massa atau mendengarkan khutbah Jum’at.17
Dakwah efektif adalah proses dan tujuan dakwah
yang dilakukan dengan tepat, cermat dan benar. Atau dengan kata lain, dakwah
efektif adalah dakwah yang dilakukan dengan tepat dan benar sesuai kondisi
mad’u (objek dakwah) yang dihadapi serta sesuai dengan rencana dan tujuan
dakwah yang telah ditetapkan sebelumnya. Dan dakwah dikatakan epektif apabila juru dakwah
(da’i) paling tidak telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut, Pertama,
mengenal dan menguasai peta dakwah. Kedua, mengkorelasikan secara tepat
dan cermat antara materi dan metode dakwah, dan ketiga, perencanaan
(planning) dan tujuan dakwah secara matang dan target yang jelas, dan dakwah
dilakukan secara terorganisir dan terpadu.
Asmuni
Syukir (1983)18 menjelaskan bahwa khithabah Khithabah merupakan
suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik
bicara seorang khotib
________________________
17 Abd. Bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus
Arab-Indonesia, cet. 3, Mutiara, Jakarta, 1979, hal. 98.
18Asmuni Syukir, 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah
Islam, Surabaya, Al-Ikhlas, hal. 48.
(khotib,
mubaligh) pada suatu aktivitas dakwah, dan metode dakwah seperti ini juga dapat
pula bersifat propaganda. Karateristik yang dipunyai oleh seorang khotib
berasal dari pendidikannya, pengalaman serta kharismanya. Hal ini pula yang
akan menyebabkan respons yang berbeda dari mukhathab.
Menurut Noor Rahman Fauzan Ahmad
Nurisman,19 bahwa agama
Islam dalam menyampaikan
ajaran-ajarannya kepada seluruh umat
manusia menggunakan
beberapa cara, antara lain melalui khotbah, tablig, dan dakwah.
Dan aktivitas dakwah
dikatakan berhasil (efektif) apabila pesan yang disampaikan oleh setiap dai
kepada subjek dakwah (mad’u) dapat dipahami secara menyeluruh dan
diungkapkan dengan tindakan nyata. Seorang da’i hendaklah memahami karakter
mad’u, mengetahui klasifikasi dan karakter mad’u agar pesan dakwah bisa
diterima dengan baik.
Menurut Idy Subandi Ibrahim20 dalam bukunya
Kecerdasan Komunikasi, dan Seni Berkomunikasi kepada publik,
menjelaskan bahwa ada sembilan hal yang merupakan ciri pidato yang baik, yaitu:
1. Pidato
yang saklik
Yaitu memiliki nilai objektifitas dan unsure-unsur yang mengandung
kebenaran. Dan juga adanya hubungan yang serasi antara isi pidato dan
formulasinya. Sehingga kedengarannya indah, tapi bukan berarti menghiasnya
dengan gaya bahasa yang berlebihan. Atau dapat pula dikatakan bahwa saklik
adanya hubungan yang jelas antara uraian masalah dengan fakta dan pendapat
(penilaian pribadi).
2. Pidato
yang jelas dan tegas
Yaitu pembicaraanya harus mengungkapkan pikiran, susunan kalimat
yang tepat dan jelas serta isi pidato sedapat mungkin dapat dipahami dan
dimengerti oleh pendengarnya.
3. Pidato yang hidup.
________________________
19Noor Rahman Fauzan dan Ahmad Nurisman, Efektifitas Pesan Dakwah Melalui Khutbah
Jumat, Jurnal ANNIDA, Vol. 6 No. 2,
2014, hal. 83.
20Idy Subandi Ibrahim, Kecerdasan Komunikasi, dan Seni Berkomunikasi kepada public, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, hal. 91.
Yaitu pembicaraan dan penjelsanya tidak mati, sepi dan berbicara
sendiri. Dalam hal ini dapat digunakan gambar, ilustrasi, cerita pendek ataupun
peristiwa-peristiwa yang relevan dengan tema yang disampaikan.
4. Pidato
yang memiliki tujuan yang jelas
Yaitu memiliki tujuan yang jelas yang hendak dicapainya. Tujuan
ini dirumuskan dalam secara singkat, padat dan jelas sesuai dengan pokok
pikiran yang hendak disampainya.
5. Pidato yang memiliki klimaks
Yaitu mengungkapkan peristiwa atau kejadian dengan titik puncak
untuk memancing rasa keingintahuan dan rasa penasaran pendengarnya.
6. Pidato
yang adanya pengulangan
Yaitu memperjelas dan memperkuat isi pidato agar menarik bagi
pendengarnya.
7. Pidato
yang berisi kejutan
Yaitu
menciptakan hubungan yang baru dan menarik dengan realita yang sedang
8. Pidato
mesti dibatasi
Yaitu materi
dan isi pidato yang disampaikan jangan terlalu luas dan lebar. Namun sebaliknya
materi dan isinya harus lebih spesipik.
9. Pidato
mesti dibumbui unsur humor
Yaitu isi pidato yang
disampaikan ada unsur penyegarannya, yakni humor. Namun humor tersebut jangan terlalu banyak karena
akan menunjukan akan ketidak sunguhan isi pidato yang disampaikan kepada
pendengarnya.
Komunikasi
efektif adalah komunikasi yang berhasil mencapai tujuan, mengesankan, dan mampu
menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada komunikan. Secara
etimologis, kata efektif (effectif) sering diartikan dengan mencapai hasil yang diinginkan (producing desired result), dan menyenangkan (having a pleasing effect). Sedikitnya ada lima
sasaran pokok dalam proses komunikasi dapat dikatakan efektif, yaitu; 1)
Membuat pendengar mendengarkan apa yang benar); 4) Membuat pendengar mengambil
tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan maksud kita bisa mereka terima; 5)
Memperoleh umpan balik dari pendengar.
Prijosaksono
dkk. dalam buku Make Yourself A Leader (2000) menyebutkan lima indikator atau lima hukum komunikasi yang
efektif (The 5 Inevitable Laes of Effective Communication), yaitu; 1) Respect (rasa
hormat; menghargai komunikan (objek); 2)
Empathy (menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh
orang lain); 3) Audible (dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik); 4)
Clarity (kejelasan pesan, tidak menimbulkan multiinterpretasi); 5) Humble
(rendah hati, mau menghargai, mendengar, menerima kritik, tidak sombong). Aspek
komunikasi efektif juga meliputi lima hal, yaitu; 1) Kejelasan (Clarity)
pesan yang disampaikan; 2) Ketepatan (Accuracy) kebenaran informasi; 3)
Konteks (Context) gaya bicara dan pesan disampaikan dalam situas yang
tepat; 4) Alur (Flow) urutan pesan atau sistematika penyampaian; 5)
Budaya (Culture) sesuai dengan bahasa, gaya bicara, norma dan etika yang
berlaku. Secara tekniks, untuk mencapai
komunikasi efektif, secara verbal komunikasi memainkan teknik vocal, yaitu; 1) Speed (tempo kecepatan bicara;
variatif, jangan terlalu cepat jangan pula terlalu lambat); 2) Volume (tinggi-rendah nada bicara, disesuaikan dengan karakter dan jumlah
audiens); 3) Aksentuasi (penekanan (stressing) pada kata-kata tertentu); 4) Artikulasi (kejelasan kata demi kata
yang diucapkan); 5) Projection (memproyeksikan
(mengarahkan) suara sampai ke bagian paling belakang ruangan tanpa harus
berteriak); 6) Pronounciation (Pelafalan) (pelafalan kata demi kata secara
jelas dan benar); 7) Repetition (pengulangan kata-kata penting dengan irama
yang berbeda); 8) Hindari gumaman (Intruding Sound) terlalu sering); 9)
Ringkas, jelas dan tidak bertele-tele.21
E.
Kelebihan dan Kekurangan Khithabah
Khithabah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai
oleh karakteristik bicara seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. Khithabah
dapat pula berupa propaganda, kampanye, berpidato, khudbah, sambutan, ceramah,
mengajar dan sebagainya. Pelaksanaan khithabah sebagai salah satu metode dakwah
akhir-akhir ini paling banyak digunakan oleh instansi pemerintah ataupun
swasta, melalui radio, televisi, maupun ceramah secara langsung. Pada sebagian
orang menamai khithabah dengan berpidato atau retorika dakwah. Metode ini juga banyak
digunakan oleh juru dakwah (da’i) dalam usaha
menyampaikan dakwah Islam. Khitabah
ini di pergunakan sebagai mana metode dakwah, efektif dan efisien, apabila; 1) Objek atau sasaran dakwah berjumlah
banyaK; 2) Penceramah orang yang ahli berceramah
dan berbicara; 3) Sebagai syarat dan rukun ibadah (seperti
shalat jum’at); 4) Metode yang di gunakan sesuai dengan situasi
dan kondisi objek dakwah.
_________________________
21 ASM. Romli, Komunikasi Dakwah, Pendekatan Praktis, hak cipta pada penulis, 2013, hal. 45.
Disisi lain, supaya
dakwah tepat sasaran dan jangka panjang, maka diperlukan sistem mengelolaan, penataan,
dan tindakan dengan baik dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi objek
dakwahnya. Maka bagi da’i harus mempunyai pemahaman yang mendalam, bukan hanya
frame (Amal Ma’rup Nahi Mungkar) hanya sekedar menyampaikan saja
melainkan harus memenuhi beberapa hal, di antaranya; 1) memilih dan memilah materi yang cocok dengan
situasi dan konndisi objek dakwah; 2) mengetahui psikologi objek dakwah secara
tepat; 3) memilih metode yang tepat dan epektif; 4) menggunakan
bahasa bijaksana.22
Adapun kelebihan khithabah, antara lain sebagai berikut:
- Dalam
waktu yang relative singkat dapat di sampaikan banyak bahan.
- Memungkinkan
da’i menggunakan pengalamannya, keistimewaannya dan kebijakannya sehingga
mad’u mudah menerima ajaran yang disampaikannya.
- Da’i
lebih mudah mengusai seluruh mad’u.
- Bila
di berikan dengan baik, dapat memberi stimulasi kepada mad’u untuk
mempelajari yang di sampaikan
- Dapat
meningkatkan status da’i.
- Metode
ceramah ini lebih plesibel, artinya mudah di sesuaikan dengan situasi dan
kondisi objek dakwah. Sedangkan kelemahan, antara lain sebagai berikut:
- Bagi
da’i kesulitan dalam memahami mad’u terhadap bahan-bahan yang di
sampaikannya.
- Metode
ceramah hanya bersipat komunikasi satu arah.
- Suakr
menjajaki pola fakir mad’u dan pusat perhatiannya.
- Da’I
lebih cenderung bersifat otoriter
- Pabila
da’i tidak mengetahui sikollgi mad’u maka ceramah akan melantur dan
menjadi lebih bosan.23
____________________
22 Abbas
As-Sisiy, bagaimana menyentuh hati, Era Intermedia,
Solo, 2004.
23 Abdul kadir Munsy,Metode
Diskusi Dalam Dakwah, (Surabaya: AL-Ikhlas, 1981) hal. 144.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Dzikron,1993. Filsafat Dakwah, Semarang, Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo
Semarang.
---------------------, 1992. Metodologi
Dakwah (Diktat), Semarang, Fakultas Dakwah.
Ahmad, Amrullah (Ed.), 1983.Dakwah Islam dan Perubahan Sosial,
Yogyakarta, Prima Duta.
Asmuni Syukir, 1983. Dasar-Dasar
Strategi Dakwah Islam, Surabaya, Al-Ikhlas.
Chen, Milthon,
1996. The Smart Paren’t Guide to KID’S Televisi, (Terj.), Jakarta, PT.
Gramedia.
Fahmi A.,Alatas, 1997. Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa, Jakarta, Yayasan
Pengkajian
Komunikasi Masa Depan.
Kuswandi, Wawan, 1996. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media
Televisi, Jakarta, PT.
Rineka Cipta.
Muhtadi, Asep S. dan Sri Handajani (Eds.), 2000. Dakwah Kontemporer: Pola
Alternatif
Dakwah
Melalui Televisi, Bandung, Pusdai Press.
Hamzah
Yakub. 1992. Publisistik Islam, Bandung, Dipenogoro.
H.M.
Arifin. 1994. Psiklogi Dakwah, Jakarta, Bumi Alsara.
Wahab .A
Suneth dan Syafrudin Djosan. 1983. Problematika Dakwah dalam Era Indonesia
Baru,
Jakarta, Bina Rena Prawira.
ASM. Romli, 2013. Komunikasi Dakwah, Pendekatan Praktis, hak cipta pada penulis.
Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual,
Jakarta, Gema InsaniPress, 1998) hlm
79.
Abdul kadir munsy, 1981. Metode
Diskusi Dalam Dakwah, Surabaya, AL-Ikhlas.
Siti Muriah, 2000. Metodologi
Penelitian Dakwah, Yokyakarta, Mitra
Pustaka.