Tadabbur Al-Quran
Oleh:
Drs. Ahmad Gojin, M.Ag
(Dosen
UIN Bandung dan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Ciamis-Jabar)
Salah satu momentum penting yang terjadi di bulan Ramadhan
adalah peristiwa diturunkannya al-Qur’an. Mengingat pentingnya peristiwa
tersebut, maka sebagian masyarakat kita (di tanah air) secara rutin untuk memperingatinya
pada bulan ramadlan. Hari peringatan itu, dikenal dengan “Nuzul al-Quran”
yang biasanya jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada
Rasulullah SAW untuk dijadikan petunjuk kepada umat manusia. Permulaan turunnya
Al-Qur’an itu pada malam Lailatul Qadar, melalui perantara malaikat
Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga dengan
risalah tersebut, umat Nabi Muhammad dapat dikatakan sebagai sebaik-baiknya umat. Dan
al-Qur’an diturunkan melalui dua proses, yaitu pertama,
diturunkan sekaligus
dan kedua diturunkan secara berangsur-angsur kepada
Rasulullah SAW,
selama 23 tahun.
Al-Quran merupakan firman Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pentunjuk dan pedoman bagi
manusia dalam menata kehidupan demi mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik
di dunia maupun di akhirat. Konsep-konsep yang dibawa al-Quran selalu relevan
dengan problema yang dihadapi manusia, karena itu ia turun untuk mengajak
manusia berdialog dengan penafsiran sekaligus memberikan solusi terhadap
problema tersebut di manapun mereka berada.
Pada kesempatan ini, penulis ingin
mencoba mengajak kepada para pembaca untuk mengkaji tentang tadabur terhadap
isi kandungan al-Quran. Karena tadabur terhadap al-Quran merupakan perintah
Allah dalam al-Quran (QS. An-Nisa: 82, QS. Muhamad: 24). Selain itu, penulis
teringat ungkapan Fathuddin Ja’far sebagai berikut: seindah apapun
susunan ayat-ayat al-Qur’an, seilmiah apapun kandungan al-Qur’an dan sehebat
apapun mukjizat al-Qur’an, tanpa tadabbur terhadap ayat-ayatnya, maka kita akan
sulit memahami dan menerima pesan-pesannya untuk diimplementasikan dalam
kehidupan. Sedangkan keimanan (keyakinan) kita pada al-Qur’an tidak akan
bermanfaat, jika al-Qur’an itu tidak diamalkan dalam kehidupan di dunia ini. Dan
tanpa petunjuk, cahaya, peringatan, furqan dan ruh (spirit) al-Qur’an,
kita akan tersesat dan hina dalam kehidupan di dunia ini, demikian juga dalam
kehidupan akhirat nanti.
Pengertian Tadabbur Al-Quran
Kata tadabbur dapat diartikan sebagai memperhatikan, memahami
dan merenungkan makna-makna teks. Dengan demikian, tadabbur Al-Quran
berarti memperhatikan, memahami dan merenungkan, dan pengamalan makna, hikmah,
dan maksud dari isi kandungan al-Quran.
Al-Alusi (ahli tafsir zaman klasik) dalam tafsirnya Ruh al-Ma’ani
menjelaskan bahwa pada dasarnya tadabbur itu berarti memikirkan secara
mendalam kesudahan sesuatu urusan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Ibnu al-Qayyim juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tadabbur adalah
suatu perkataan adalah melihat dan memperhatikan perkataan itu dari awal dan
akhir perkataan kemudian mengulangnya.
Al-Maidani mengatakan:
“التدبر
هو: التفكر الشامل الواصل إلى أواخر دلالات الكلم ومراميه البعيدة “
Dan dalam tadabbur
al-Qur`an itu mesti memiliki tujuan untuk mengambil manfaat dan mengikuti apa
yang terkandung dalam al-Qur`an itu, karena tujuan dari membaca dan mentadaburi
ayat-ayat al-Qur`an itu adalah untuk mengamalkan dan berpegang pada isi
kandungannya. Dan juga penting untuk disampaikan disini bahwa dalam tadabur harus
dilakukan kombinasi antara akal dan hati manusia dalam memahami, menghayati dan
memikirkan setiap kata, kalimat dan ayat yang ada dalam al-Qur’an.
Syaikh
Abdurrahman Habannakah menegaskan bahwa tujuan tadabur bukanlah sekedar
kemewahan ilmu, atau bangga dengan pencapaian pengetahuan, atau mampu untuk
mengungkapkan makna untuk disombongkan, tetapi tujuan dari pemahaman itu adalah
untuk mengingatkan dan mendapat pelajaran serta beramal sesuai dengan ilmu yang
didapat, dan pelajaran inilah yang dimaksud dalam ayat yang tidak akan didapat
kecuali oleh ulul albab (orang-orang yang mempunyai fikiran). Dapat
juga dikatakan bahwa tadabur adalah proses berfikir mendalam dan menyeluruh
yang dapat menghubungkan ke pesan paling akhir sebuah perkataan, dan mencapai
tujuan maknanya yang terjauh.
Langkah-langkah dalam Tadabbur
al-Quran
Agar tadabbur
terhadap al-Quran dapat menghasil yang diharapkan, maka ada beberapa metode
(cara) yang mesti dilakukan oleh kita, yaitu:
Pertama,
Niat yang tulus ikhlas
Yakni berniat hanya mengharap keridlaan dari
Allah, bukan untuk mencari keuntungan duniawi, pujian atau niat yang lainnya.
Kedua,
Membaca dan berinteraksi dengan al-Quran tartil dan konsisten
Yakni memenuhi kaedah membaca Al-Qur’a, seperti
ilmu tajwid, makharij al-huruf, berurutan, misalnya mulai dari surat al-Fatihah
sampai dengan surat An-Naas serta dilakukan secara terus-menerus dan
konprehensif.
Ketiga,
Kombinasi antara kecerdasan berpikir (akal) dan penghayatan (hati)
Yakni telaah terhadap pesan al-Qur’an dipikirkan
dan dikaji akal pikiran, kemudian dipahami,
dihayati dan ditanamkan ke dalam hati nurani sebagai sebuah keimanan, serta
mengalir ke seluruh tubuh kita yang akan mengendalikan semua pikiran, ucapan dan
perilaku kita sehari-hari.
Keempat,
Aktualisasi nilai-nilai al-Quran
Yakni pemikiran dan perenungan terhadap ayat-ayat al-Qur’an,
sehingga terjadi proses instalisasi software Al-Qur’an ke dalam akal dan
nilai-nilai (values) ke dalam hati nurani (qalb) kita, sehingga
membentuk karakter dan kepribadiannya dalam sikap dan tindakan dalam menjalani
kehidupan di dunia ini.
Wa-Allahu ‘Alam.