Jumat, 22 Mei 2015

Dakwah Fardiyah: Mencetak Muslim Sejati



Dakwah Fardiyah: Mencetak Muslim Sejati
Oleh: Drs. AHMAD GOJIN, M.Ag
(Penulis: Dosen UIN Bandung dan STID Sirnarasa Ciamis)

Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,  yang bahan bakarnya adalah manusi dan batu …..(QS. At-Tahriim (66): 6).
Dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah di setiap masa. Apalagi pada zaman sekarang, umat Islam tengah menghadapi tantangan yang tidak ringan secara bertubi-tubi dari musuh-musuh Islam, maka tingkat kewajiban berdakwah pada zaman sekarang menjadi lebih berat. Dan kita juga harus mengetahui bahwa mengajak manusia ke jalan Allah SWT merupakan amaliyah bukan hal yang mudah.
Dakwah pada hakekatnya merupakan aktualisasi nilai-nilai ajaran Islam kedalam tata kehidupan umat manusia dengan tujuan mewujudkan umat yang terbaik (khoirul ummat ) yang diridho Allah SWT. Sasarannya adalah terwujudnya pribadi yang baik (khairul nafsiyah), keluarga (khairul usrah) dan masyarakat (khairul majtama). Tercapainnya tiga sasaran tersebut berarti tujuan dakwah Islam sendiri.
Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, di antaranya melalui dakwah fardiyah. Dakwah Fardhiyah adalah dakwah yang pelaksanaanya person to person. Upaya menasehati yang ampuh untuk mendekati hati dan memfokuskan diri untuk memperbaiki seseorang. Banyak pengalaman orang lain dalam merekrut orang melalui dakwah fardiyah. Dan terkadang memang melakukan dakwah fardiyah memerlukan kiat tersendiri. Untuk lebih jelasnya pada makalah ini akan dipaparkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dakwah fardiyah.
Konsep Dakwah Fardiyah
Dakwah Fardiyah (dakwah interpersonal) adalah dakwah yang mad’u (objek) dakwah ialah hanya seorang. Dengan kata lain, dakwah fardiyah adalah proses merubah mad’u seorang diri supaya kearah yang baik. Tujuan dari dakwah fardiyah adalah mewujudkan individu seseorang senantiasa menjadi hamba yang selalu berada dijalan Allah SWT. Dalam proses dakwah fardiyah, seorang da’i berusaha lebih dekat mengenal mad’u, menyertainya dan membina persaudaraan dengannya karena Allah.dalam persahabatan ini, da’i berusaha membawa mad’u kepada keimanan, ketaatan, kesatuan dan komitmen pada sistem kehidupan Islam dan adab-adabnya yang menghasilkan sikap tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan dan membiasakannya beramar ma’ruf nahy munkar. Merujuk kepada ilmu komunikasi, dakwah fardiyah dapat diidentikkan dengan dakwah interpersonal atau dakwah antar pribadi.
Pemahaman tentang dakwah fardiyah ini dapat dirujuk dari teori peranan komunikasi antar pribadi (Johnson, 1981), yaitu pertama, komunikasi antar pribadi dapat membantu perkembangan intelektual dan sosial masyarakat. Kedua, komunikasi antar pribadi dapat membantu adanya identitas dan jati diri seseorang. Ketiga, melalui komunikasi antar pribadi kita dapat melakukan pembandingan social terhadap kesan-kesan dan pengertian kita tentang dunia luar kita. Keempat, kesehatan mental seseorang sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi antar pribadi yang terjadi di lingkungan tempat tinggal seseorang.
Dakwah fardiyah adalah dakwah seseorang kepada orang lain. Seorang da’i berdakwah kepada seorang mad’u dengan pendekatan personal atau dari hati ke hati. Dakwah fardiyah bisa dilakukan dengan dengan cara langsung face to face atau dengan cara tidak langsung melalui telpon, pesan singkat (SMS), internet dan lain-lain. Merijuk kepada tulisan Johnson diatas, jika sepakat mengatakan bahwa komunikasi interpersonal identik dengan dakwah fardiyah, maka dakwah fardiyah ini sangat efektif bila dilakukan secara rutin dan berkesinambungan karena seorang da’i akan lebih terfokus perhatiannya kepada seorang atau beberapa mad’u saja. Da’i dapat memantau perkembangan pemahaman dan pengalaman agama mad’u yang menjadi sasarannya mulai dari pemahaman dan pengalaman yang rendah sampai pada pemahaman dan pengalaman agama yang lebih tinggi. Dakwah fardiyah dapat dilakukan oleh sebagian besar umat Islam karena pendekatan dakwah fardiyah dapat dilakukan secara sangat pribadi dari hati ke hati dan dapat dilakukan di tempat tinggal mad’u tanpa harus melakukan dakwah secara terbuka di depan banyak orang. Dengan kata lain dakwah fardiyah dapat dilakukan oleh setiap orang yang mempunyai kemampuan terbatas, keberanian terbatas dan ruang gerak terbatas.

Pendekatan Dan Metode Dakwah Fardiyah
Setidaknya terdapat tiga pendekatan dakwah fardiyah yang dapat dilakukan oleh da’i dalam memahami keberadaan mad’unya, yaitu mafhum kurabi (kedekatan), mahfum hajati (kebutuhan) dan mahfum tanzhimi (pengelolaan).
Pertama, mafhum kurabi, yakni usaha seorang da’i agar lebih dekat mengenal mad’u dalam rangka mengajaknya ke jalan Allah. Dengan demikian, diharapkan dengan adanya kedekatan da’i dengan mad’u tersebut maka otomatis da’i akan lebih mudah banyak mengenal kepribadian dan karakternya. 
Kedua, mahfum hajati, yakni usaha da’i selain adanya kedekatan juga mampu memahami kebutuhan dasar (kebutuhan primer) ma’u yang sebenarnya. Maka tugas da’i dengan semaksimal mungkin dapat memenuhi kebutuhan mad’unya.
Ketiga, mahfum tanzhimi, yakni upaya pengelolaan dan pembinaan da’i terhadap seorang mad’u dengan cara memberikan pengarahan (ta’lim), mempraktikan (Tauzif) dan dievaluasi (taujih).
Sedangkan cara (motode) yang dilakukan da’i dalam proses dakwah terhadap mad’unya antara lain sebagai berikut:
Pertama, dengan lisan (bi al-lisan), yakni berdakwah dengan cara ceramah, tausiyah (menasihati), berdialog, diskusi, seminar dan lain-lain.
Kedua, dengan tulisan (bi al-kitabah), yakni berdakwah dengan cara menulis surat, karikatur, lukisan, artikel, buliten, dan lain-lain.
Ketiga, dengan perilaku (bil al-hal), yakni berdakwah dengan cara mempragakan, demontrasi, keteladanan, mempraktikan dan lain-lain.
Dari uraian di atas, dapat diambil benar hijaunya, bahwa dakwah fardiyah (dakwah interpersonal) adalah dakwah yang mad’u (objek) dakwah ialah hanya seorang. Dengan tujuan dari dakwah fardiyah adalah mewujudkan individu seseorang senantiasa menjadi hamba yang selalu berada dijalan Allah SWT. Dalam proses dakwah fardiyah, seorang da’i berusaha lebih dekat mengenal mad’u, menyertainya dan membina persaudaraan dengannya karena Allah.dalam persahabatan ini, da’i berusaha membawa mad’u kepada keimanan, ketaatan, kesatuan dan komitmen pada sistem kehidupan Islam dan adab-adabnya yang menghasilkan sikap tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan dan membiasakannya beramar ma’ruf nahi munkar. Sehingga menjadi seorang muslim yang sejati, yakni seorang muslim yang beriman, berilmu pengetahuan dan beramal shaleh.
Adapun pendekatan yang lakukan leh da’i terhadap mad’unya adalah mafhum kurabi (kedekatan), mahfum hajati (kebutuhan) dan mahfum tanzhimi (pengelolaan). Sedangkan metodenya adalah dengan lisan (bi al-lisan), dengan tulisan (bi al-kitabah), dan dengan perilaku (bil al-hal). Wa-Allahu ‘Alam.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar