Dakwah Fardiyah: Mencetak
Muslim Sejati
Oleh: Drs. AHMAD GOJIN, M.Ag
(Penulis: Dosen UIN Bandung dan STID Sirnarasa Ciamis)
Hai
orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusi dan batu …..(QS. At-Tahriim (66): 6).
Dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim dan
muslimah di setiap masa. Apalagi pada zaman sekarang, umat Islam tengah
menghadapi tantangan yang tidak ringan secara bertubi-tubi dari musuh-musuh Islam,
maka tingkat kewajiban berdakwah pada zaman sekarang menjadi lebih berat. Dan
kita juga harus mengetahui bahwa mengajak manusia ke jalan Allah SWT merupakan
amaliyah bukan hal yang mudah.
Dakwah pada hakekatnya merupakan aktualisasi nilai-nilai
ajaran Islam kedalam tata kehidupan umat manusia dengan tujuan mewujudkan umat
yang terbaik (khoirul ummat )
yang diridho Allah SWT. Sasarannya adalah terwujudnya
pribadi yang baik (khairul nafsiyah),
keluarga (khairul usrah) dan
masyarakat (khairul majtama). Tercapainnya tiga sasaran tersebut berarti tujuan dakwah
Islam sendiri.
Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara,
di antaranya melalui dakwah fardiyah. Dakwah Fardhiyah adalah dakwah yang
pelaksanaanya person to person. Upaya menasehati yang ampuh untuk mendekati
hati dan memfokuskan diri untuk memperbaiki seseorang. Banyak pengalaman orang
lain dalam merekrut orang melalui dakwah fardiyah. Dan terkadang memang
melakukan dakwah fardiyah memerlukan kiat tersendiri. Untuk lebih jelasnya pada
makalah ini akan dipaparkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dakwah
fardiyah.
Konsep Dakwah Fardiyah
Dakwah
Fardiyah (dakwah interpersonal) adalah
dakwah yang mad’u (objek) dakwah ialah
hanya seorang. Dengan kata lain, dakwah fardiyah adalah proses merubah mad’u seorang diri supaya kearah
yang baik. Tujuan dari dakwah fardiyah adalah mewujudkan individu seseorang
senantiasa menjadi hamba yang selalu berada dijalan Allah SWT. Dalam proses
dakwah fardiyah, seorang da’i berusaha lebih dekat mengenal mad’u, menyertainya
dan membina persaudaraan dengannya karena Allah.dalam persahabatan ini, da’i
berusaha membawa mad’u kepada keimanan, ketaatan, kesatuan dan komitmen pada sistem
kehidupan Islam dan adab-adabnya yang menghasilkan sikap tolong-menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan dan membiasakannya beramar ma’ruf nahy munkar. Merujuk
kepada ilmu komunikasi, dakwah fardiyah dapat diidentikkan dengan dakwah
interpersonal atau dakwah antar pribadi.
Pemahaman
tentang dakwah fardiyah ini dapat dirujuk dari teori peranan komunikasi antar
pribadi (Johnson, 1981), yaitu pertama,
komunikasi antar pribadi dapat membantu perkembangan intelektual dan sosial
masyarakat. Kedua, komunikasi antar
pribadi dapat membantu adanya identitas dan jati diri seseorang. Ketiga, melalui komunikasi antar pribadi
kita dapat melakukan pembandingan social terhadap kesan-kesan dan pengertian
kita tentang dunia luar kita. Keempat,
kesehatan mental seseorang sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi antar
pribadi yang terjadi di lingkungan tempat tinggal seseorang.
Dakwah fardiyah
adalah dakwah seseorang kepada orang lain. Seorang da’i berdakwah kepada
seorang mad’u dengan pendekatan personal atau dari hati ke hati. Dakwah
fardiyah bisa dilakukan dengan dengan cara langsung face to face atau dengan
cara tidak langsung melalui telpon, pesan singkat (SMS), internet dan
lain-lain. Merijuk kepada tulisan Johnson diatas, jika sepakat mengatakan bahwa
komunikasi interpersonal identik dengan dakwah fardiyah, maka dakwah fardiyah
ini sangat efektif bila dilakukan secara rutin dan berkesinambungan karena
seorang da’i akan lebih terfokus perhatiannya kepada seorang atau beberapa
mad’u saja. Da’i dapat memantau perkembangan pemahaman dan pengalaman agama
mad’u yang menjadi sasarannya mulai dari pemahaman dan pengalaman yang rendah
sampai pada pemahaman dan pengalaman agama yang lebih tinggi. Dakwah fardiyah
dapat dilakukan oleh sebagian besar umat Islam karena pendekatan dakwah
fardiyah dapat dilakukan secara sangat pribadi dari hati ke hati dan dapat
dilakukan di tempat tinggal mad’u tanpa harus melakukan dakwah secara terbuka
di depan banyak orang. Dengan kata lain dakwah fardiyah dapat dilakukan oleh
setiap orang yang mempunyai kemampuan terbatas, keberanian terbatas dan ruang
gerak terbatas.
Pendekatan Dan Metode Dakwah Fardiyah
Setidaknya terdapat tiga pendekatan
dakwah fardiyah yang dapat dilakukan oleh da’i dalam memahami keberadaan
mad’unya, yaitu mafhum kurabi
(kedekatan), mahfum hajati (kebutuhan)
dan mahfum tanzhimi (pengelolaan).
Pertama, mafhum
kurabi, yakni usaha seorang da’i agar lebih dekat mengenal mad’u dalam
rangka mengajaknya ke jalan Allah. Dengan demikian, diharapkan dengan adanya
kedekatan da’i dengan mad’u tersebut maka otomatis da’i akan lebih mudah banyak
mengenal kepribadian dan karakternya.
Kedua, mahfum hajati, yakni usaha da’i selain adanya kedekatan juga mampu memahami
kebutuhan dasar (kebutuhan primer) ma’u yang sebenarnya. Maka tugas da’i dengan
semaksimal mungkin dapat memenuhi kebutuhan mad’unya.
Ketiga, mahfum tanzhimi, yakni upaya pengelolaan
dan pembinaan da’i terhadap seorang mad’u dengan cara memberikan pengarahan (ta’lim), mempraktikan (Tauzif) dan dievaluasi (taujih).
Sedangkan cara (motode) yang
dilakukan da’i dalam proses dakwah terhadap mad’unya antara lain sebagai
berikut:
Pertama, dengan lisan (bi al-lisan), yakni berdakwah dengan cara ceramah, tausiyah
(menasihati), berdialog, diskusi, seminar dan lain-lain.
Kedua, dengan tulisan (bi al-kitabah), yakni berdakwah dengan
cara menulis surat, karikatur, lukisan, artikel, buliten, dan lain-lain.
Ketiga, dengan perilaku (bil al-hal), yakni berdakwah dengan cara
mempragakan, demontrasi, keteladanan, mempraktikan dan lain-lain.
Dari uraian di atas, dapat diambil
benar hijaunya, bahwa dakwah fardiyah (dakwah
interpersonal) adalah dakwah yang
mad’u (objek) dakwah ialah hanya seorang. Dengan tujuan dari dakwah fardiyah
adalah mewujudkan individu seseorang senantiasa menjadi hamba yang selalu
berada dijalan Allah SWT. Dalam proses dakwah fardiyah, seorang da’i berusaha
lebih dekat mengenal mad’u, menyertainya dan membina persaudaraan dengannya
karena Allah.dalam persahabatan ini, da’i berusaha membawa mad’u kepada
keimanan, ketaatan, kesatuan dan komitmen pada sistem kehidupan Islam dan
adab-adabnya yang menghasilkan sikap tolong-menolong dalam kebaikan dan
ketakwaan dan membiasakannya beramar ma’ruf nahi munkar. Sehingga menjadi
seorang muslim yang sejati, yakni seorang muslim yang beriman, berilmu
pengetahuan dan beramal shaleh.
Adapun pendekatan yang lakukan leh
da’i terhadap mad’unya adalah mafhum kurabi
(kedekatan), mahfum hajati (kebutuhan)
dan mahfum tanzhimi (pengelolaan).
Sedangkan metodenya adalah dengan lisan (bi
al-lisan), dengan tulisan (bi al-kitabah),
dan dengan perilaku (bil al-hal). Wa-Allahu ‘Alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar