Kamis, 12 Mei 2016

JURNAL: EFEKTIFITAS KHITHABAH DALAM DAKWAH ISLAM



Jurnal
EFEKTIFITAS KHITHABAH DALAM DAKWAH ISLAM
Ahmad Gojin,
Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Sirnarasa Ciamis-Jawa Barat
Cisirri-Panjalu-Ciamis-Jawa Barat

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana epektifitas khitahbah dalam kegiatan dakwah Islam. Kegunaan penelitian ini untuk memberi informasi dan bahan pemikiran akademisi dakwah dan masyarakat luas tentang epektifitas khithahbah dalam proses dakwah.
Penelitian ini berangkat dari suatu landasan teoritis tentang  epektifitas khitahbah dalam kegiatan dakwah Islam. Pendekatan dalam penelitian ini ialah deskritif analitik. Metode ini digunakan untuk menemukan gambaran pemecahan masalah tentang epektifitas khithabah dalam kegiatan dakwah Islam.
Teknik penelitian yang dilakukan dengan studi pustaka, yaitu mencari dari sumber buku-buku (referensi) yang membahas tentang khitahabah, dengan beberapa dianalisis  tahapan, yaitu  mengumpulkan data tentang pengertian, langkah-langkah khithabah, teknik-teknik khithabah, epektifitas khitahbah serta kelebihan dan kekurangan khithabah dalam kegiatan dakwah Islam. Data yang diperoleh kemudian diklasifikasi dan dihubungkan antara satu sama lain guna menghasilkan suatu kesimpulan. Data menunjukan bahwa pelaksanaan khithabah cukup epektif dengan ketentuan dan kreteria tertentu, bagi memiliki kemapuan (da’i) retorika (seni pidato) dan akhlak  yang baik dan prosedur dakwah.
Kata Kunci: Khithabah, Epektitifas, Dakwah








PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah yang berisi tentang petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang beradab, berkualitas, dan selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju untuk menjadi sebuah tatanan kehidupan yang adil. Sebuah tatanan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju, bebas dari ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran.1
Istilah dakwah dalam agama Islam nampaknya tidak asing lagi, bahkan sudah dapat dikatakan popular sekali di kalangan masyarakat saat ini. Namun demikian yang sering kita jumpai sekarang bahwa istilah dakwah oleh kebanyakan orang diartikan hanya sebatas pengajian, ceramah, khutbah, atau mimbar seperti hal nya yang dilakukan oleh para mubaligh, ustadz, atau khatib. Dakwah sering diartikan sebagai sekedar ceramah dalam arti sempit. Kesalahan ini sebenarnya sudah sering diungkapkan, akan tetapi di dalam pelaksanaannya tetap saja terjadi penciutan makna. Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak.2
Namun untuk membentuk kondisi umat Islam yang baik, baik secara individu maupun komunitas masyarakat, aktifitas dakwah dituntut untuk mengunakan metode berdakwah yang tepat dan epektif. Meskipun tugas seorang da’i hanya untuk menyampaikan, sedangkan masalah hasil akhir dari kegiatan dakwah tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT, akan tetapi sikap ini tidak menafikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari kegiatan dakwah yang dilakukan.
Metode dakwah juga merupakan cara-cara sistematis yang menjelaskan arah strategis dakwah yang telah ditetapkan. Ia bagian dari startegi dakwah.
________________________
1 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 1.
2 Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal. 68-69.

Karena menjadi strategi dakwah yang masih berupa konseptual, metode dakwah bersifat lebih konkret dan praktis. Ia harus dapat dilaksanakan dengan mudah. Arah metode dakwah tidak hanya meningkatkan efektifitas dakwah, melainkan pula bisa menghilangkan hambatan-hambatan dakwah.
Secara bahasa (etimologi) dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’watan, du’a, yang diartikan sebagai mengajak atau menyeru, memanggil, permohonan dan permintaan (do’a). Istilah dakwah ini sering diartikan dengan istilah tabligh, amr ma’ruf dan nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, tabsyir, indzar, washiyah, tarbiyah, ta’lim dan khatbah. Sedangkan kata dakwah secara istilah (terminologi) didefinisikan sebagai kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan dan istiqamah serta berjuang dalam rangka meninggikan agama Allah. Oleh karena itu, secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat.
Metode adalah suatu cara yang di tempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia .Metode dakwah adalah jalan atau cara yang di pakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah islam.
Dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya kehidupan umat Islam, telah diketahui bahwa dakwah mempunyai kedudukan yang amat penting. Dengan dakwah, dapat disampaikan serta dijelaskan mengenai ajaran Islam kepada masyarakat dan umat sehingga mereka dapat mengetahui mana yang benar (haq) dan mana yang salah (batil). Peranan dakwah bukan hanya sebatas agar umat dapat mengetahui dan membedakan tetapi dakwah juga dapat mempengaruhi masyarakat untuk bisa melaksanakan hal-hal yang baik serta dapat menjauhi apa saja yang tidak benar yang terjadi dalam masyarakat. Sekiranya ini dapat diwujudkan dalam masyarakat Islam, sudah tentu hasrat kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat.
_______________________
3 Moh. Ali Aziz, Ibid, hal. 137.

Dakwah adalah proses mengkomunikasikan materi dakwah kepada sasaran dakwah. Oleh karena itu, harus ada pelakunya, yaitu seorang dai atau pengemban dakwah. Seorang dai tentu harus mempersiapkan diri dalam melakukan aktivitas dakwah. Disamping penguasaan materi dakwah dan teknik-teknik presentasi dan komunikasi untuk penyampaian materi dakwah, seorang dai harus mempersiapkan diri dengan membentuk karakter dai atau pengemban dakwah dalam dirinya, sehingga menjadi sifat yang melekat yang senantiasa menjadi akhlak dan perilakunya sehari-hari baik saat ia menyampaikan dakwah maupun saat ia melaksanakan tugas-tugas kehidupan lainnya. Berdakwah pada dasarnya merupakan aktivitas lisan baik yang disampaikan secara formal melalui forum-forum resmi ataupun sekedar berbicara dengan orang- perorang dengan mengajak mereka ke jalan Allah SWT. Penyampaian ajaran Islam secara lisan umumnya dilakukan dengan ceramah, pidato, atau khotbah, meskipun ada juga dalam bentuk dialog. Ceramah dan khotbah pada prinsipnya sama saja, hanya saja ceramah dapat dilakukan dalam berbagai modifikasi dan variasi dengan gaya yang lebih bebas semenara khotbah lebih terkesan ritual dengan rukun-rukun yang telah ditentukan, seperti khotbah Jumat, khotbah Idul Fitri, Khotbah Idul Adha, dan dan lain-lain. Usaha untuk menyebarluaskan Islam, begitu pula untuk merealisasikan ajarannya di tengah-tengah kehidupan umat manusia adalah merupakan usaha dakwah, yang dalam keadaan bagaimana pun dan dimanapun harus dilaksanakan oleh umat Islam. Penyelenggaraan dakwah Islam, terutama di masa depan akan semakin bertambah berat  dan kompleks. Hal ini disebabkan masalah yang dihadapi dalam dakwah semakin berkembang dan kompleks pula4.
Menurut pendapat Quraish Shihab (1995)5  bahwa dakwah merupakan bagian yang pasti ada dalam kehidupan umat beragama. Dalam ajaran Islam, ia merupakan kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya, baik yang sudah menganut maupun yang belum. Sehingga dengan demikian, dakwah bukanlah
___________________________
4 A. Wahab Suneth dan Syafrudin Djosan. 2000. Jakarta. Problematika Dakwah Dalam
Indonesia Baru.Bina Rena Pariwara. Hal. 15.  
5M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung, Mizan, 1995, hal. 194.

semata-mata timbul dari pribadi atau golongan, mapun setidak-tidaknya harus ada segolongan (thai’fah) yang melaksanakanya terwujudnya  tatanan khaira ummah. Entitas muslim adalah umat pilihan yang mendapat perkenan dari Allah.
Dengan demikian, dakwah adalah kegiatan mengajak orang lain, seseorang atau lebih ke jalan Allah Swt. secara lisan (dakwah bil-lisan) dan perbuatan (dakwah bil-hal). Dan salahsatu bentuk dakwah adalah khithabah. Kata khithabah dapat diartikan sebagai pidato, ceramah, tabligh dan khutbah.
  1. Prosedur Pemecahan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana epektifitas khitahbah dalam kegiatan dakwah Islam. Kegunaan penelitian ini dimaksudkan untuk memberi informasi dan bahan pemikiran akademisi dakwah dan masyarakat luas mengenai epektifitas khitahbah dalam kegiatan dakwah Islam. Penelitian ini berangkat dari suatu landasan teoritis tentang  epektifitas khitahbah dalam kegiatan dakwah Islam. Dan pendekatan dalam penelitian ini ialah deskritif analitik. Metode ini digunakan untuk menemukan gambaran pemecahan masalah tentang epektifitas khithabah dalam kegiatan dakwah Islam.
Teknik penelitian yang dilakukan dengan studi pustaka, yaitu mencari dari sumber buku-buku (referensi) yang membahas tentang khitahabah, dengan beberapa dianalisis  tahapan, yaitu  mengumpulkan data tentang pengertian, langkah-langkah khithabah, teknik-teknik khithabah, epektifitas khitahbah serta kelebihan dan kekurangan khithabah dalam kegiatan dakwah Islam. Data yang diperoleh kemudian diklasifikasi dan dihubungkan antara satu sama lain guna menghasilkan suatu kesimpulan.
C.    Permasalahan
Khitahbah merupakan salah satu metode dalam kegiatan dakwah Islam. Maka dalam penelitian ini bagaimana mengetahuhi masalah pengertian khitahbah, langkah-langkah apa dalam pelaksanaan khitahbah, tatacara khithabah, epektifitas khitahbah, serta kelebihan dan kekurangan khithabah dalam kegiatan dakwah Islam, dengan mengguunakan studi pustaka, yaitu mencari dari sumber buku-buku (referensi) yang membahas hal tersebut.

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Khithabah
Dakwah Islam merupakan usaha manusia beriman untuk mempengaruhi dan mengajak manusia agar mengikuti (menjalankan) ajaran Islam dalam semua segi kehidupan. Menurut Amrullah Ahmad, untuk mencapai tujuan tersebut iman manusia perlu diaktualisasikan dan dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan yang dilaksanakan secara teratur pada dataran kenyataan individual dan sosio-kultural dengan menggunakan cara-cara tertentu. Agar mencapai tujuan yang efektif dan efisien, didalam pelaksanaan proses dakwah Islam diperlukan komponen-komponen (unsur) dakwah yang harus terorganisir secara baik dan tepat. Salah satu komponen (unsur) dakwah yang harus terorganisir secara baik dan tepat adalah media dakwah.6
Allah SWT. telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk melakukan dakwah. Orientasi dakwah yang Allah SWT. perintahkan adalah menyeru dan mengajak manusia kepada jalan-Nya (ilâ sabili rabbika) yaitu menjadi hamba-hamba Allah yang tunduk dan patuh kepada-Nya dengan cara-cara yang bijaksana (bil hikmah) dan memberikan nasehat-nasehat dengan cara yang baik pula (wal mau’izhatil hasanah). Begitu pentingnya perintah untuk berdakwah ini sehingga Rasulullah SAW menekankan kepada umatnya untuk berdakwah walaupun yang disampaikan hanyalah satu ayat al-Quran saja. Oleh karena itu dakwah adalah bagian integral dari umat Islam yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Syaikh Ali Mahfuzh yang juga murid dari Syaikh Muhammad Abduh memaparkan pandangannya mengenai konsep dakwah dan batasannya sebagai berikut; Membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar, supaya mereka memperoleh keberuntungan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jadi salah satu cara untuk memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat yaitu dengan cara menjadikan dakwah bagian dari kehidupan orang-orang mukmin.7
_________________________
6 fentik.blogspot.com/011/05/perintah-berdakwah, diunduh pada 10 Mei 20.30 WIB.   
7 (https://agambahtiar.wordpress.com/khitobah-dakwah-lisan), diunduh pada 29 April 2016, pukul 10.00. WIB.
Selain itu, dakwah juga merupakan proses komunikasi, akan tetapi belum tentu setiap komunikasi adalah dakwah.  Adapun yang membedakannya antara keduanya terletak pada isi dan orientasi.  Sedangkan pada dakwah isi pesannya jelas berupa ajaran Islam dan orientasinya adalah penggunaan metode yang tepat. Dakwah merupakan komunikasi ajaran-ajaran Islam dari seorang da’i kepada ummat manusia dikarenakan didalamnya terjadi proses komunikasi. Kemampuan seseorang berbicara didepan umum yang baik dan benar merupakan keahlian tidak dapat dilakukan oleh setiap orang. Hal itu, karena berbicara dihadapan umum dibutuhkan persiapan, kemampuan berkomunikasi dan teknik yang baik.8           
Dalam kamus bahasa Arab-Indonesia, kata khithabah berasal dari akar kata khathaba-yakhthubu-khutbatan, artinya berkhatbah dan berpidato.9 Dan hal yang sama, dalam kamus Arab-Indonesia kata khithabah berasal dari akar kata khathaba-khtubatan-wa khutban-wa khathabatan, atau dari kata khaathaba artinya berpidato dan berbicara dan becakap-cakap.10
Istilah khithabah akar katanya dari kata khutbah, artinya adalah pidato atau ceramah dengan menggunakan lisan yang dibuat seorang penceramah yang isinya teologis, agama dan moral, biasanya memegang perilaku kepercayaan, hukum atau manusia.
Jadi secara etimologis (harfiyah), khuthbah artinya pidato, nasihat, pesan (taushiyah). Sedangkan menurut terminologi Islam (istilah syara’); khutbah (Jum’at) ialah pidato yang disampaikan oleh seorang khatib di depan jama’ah sebelum shalat Jum’at dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun tertentu, baik berupa tadzkiroh (peringatan, penyadaran), mau’idzoh (pembelajaran) maupun taushiyah (nasehat).
Jadi kata khithabah dapat diartikan dengan ceramah, pidato dalam rangka memberikan nasehat kepada orang lain. Atau dengan kata lain, bahwa khithabah dapat diartikan sebagai upaya sosialisasi nilai-nilai Islam melalui media lisan baik yang terkait langsung dengan pelaksanaan ibadah mahdhah, maupun yang bukan ibadah mahdhah.
____________________________  
10 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, Jakarta, 1973, hal. 117.
Kata khithabah menurut Harun nasution adalah ceramah atau pidato yang mengandung penjelasan-penjelasan tentang suatu atau beberapa masalah yang disampaikan seseorang dihadapan sekelompok orang atau khalayak. Dengan demikian, khitobah dapat diartikan sebagai upaya sosialisasi nilai-nilai islam melalui media lisan baik yang terkait langsung dengan pelaksanaan iabadah mahdhoh, maupun yang tidak terkait dengan pelaksanaan ibadah mahdhoh.
Prijosaksono dkk. dalam buku Make Yourself A Leader (2000) menyebutkan lima indikator atau lima hukum komunikasi yang efektif (The 5 Inevitable Laes of Effective Communication), yaitu; 1) Respect (rasa hormat; menghargai komunikan (objek);  2) Empathy (menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain);  3) Audible; (dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik); 4) Clarity (kejelasan pesan, tidak menimbulkan multiinterpretasi); 5) Humble (rendah hati, mau menghargai, mendengar, menerima kritik, tidak sombong). Aspek komunikasi efektif juga meliputi lima hal, yaitu; 1) Kejelasan (Clarity) pesan yang disampaikan; 2) Ketepatan (Accuracy) kebenaran informasi; 3) Konteks (Context) gaya bicara dan pesan disampaikan dalam situas yang tepat; 4) Alur (Flow) urutan pesan atau sistematika penyampaian; 5) Budaya (Culture) sesuai dengan bahasa, gaya bicara, norma dan etika yang berlaku.11
B.     Langkah-langkah Pelaksanaan Khithabah dalam Dakwah
Sejak pertama kali Isam tampil di planet bumi ini, dakwah punya andil begitu besar lagi menentukan. Islam berkembang dan dibina serta dikembangkan melalui komunikasi dakwah. Karena itu Islam pun disebut agama dakwah. Predikat itu tidak saja sangat beralasan, tapi justru memang sangat relevan, sebab secara manual maupun secara digital atau berbasis teknologi dakwah bisa disosialisasikan dan diaktualisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat.
Khusus dalam era kemajuan pesat di bidang teknologi komunikasi dan informasi yang kini tengah memasuki kehidupan manusia modern, ada berbagai macam peluang dan fasilitas yang dihasilkan teknologi komunikasi informasi, dapat dimanfaatkan untuk mendukung sistem penyelenggaraan dakwah.
______________________

Baik bentuk dakwah lisan, tulisan maupun perbuatan bisa disajikan dengan model-model yang simpatik, sesuai dengan kecenderungan situasi dan kondisi objek dakwah. Model dakwah yang komunikatif sudah saatnya ditumbuhkembangkan sejalan dengan perkembangan peradaban dan dinamika ilmu dakwah itu sendiri. Kesempatan ini harus betul-betul dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para ulama, cendekiawan dan juru dakwah, serta umat Islam pada umumnya.12
Khithabah (ceramah) merupakan metode dakwah berupa penerangan dan penuturan secara lisan yang bertujuan untuk menggerakkan atau memotivasi untuk melakukan tindakan positif serta mencegah pada perbuatan-perbuatan buruk. Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan khithabah (ceramah) sekurang-kuranya, antara lain sebagai berikut:
Pertama, tahap persiapan;
Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah; a)  merumukan masalah yang ingin dicapai; b) menentukan pokok-pokok materi yang ingin dibahas. Sebab ceramah yang baik adalah uraian dan permasalahan yang jelas, sesuai dengan tema pokok yang sedang dibahasnya; c)   mempersiapkan segala sesuatunya yang dibutuhkan dalam ceramah, misalnya materi dan persiapan mental.
                  Kedua, tahap pelaksanaan;
Pelaksanaan khithabah (ceramah) akan efektif apabila juru dakwah (da’i) mampu mengontrol keadaan dan memberi simpati terhadap audien (objek dakwah), sehingga audien terdorong untuk konsen terhadap materi yang akan disampaikan oleh juru dakwah tersebut.
                  Ketiga, tahap evaluasi;
Pada tahapan ini ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan dan proses ceramah dari awal sampai akhir pelaksanaan dakwah yang telah ditetapkan sebelumnya.13
Pendapat yang lain, dalam sumber yang sama, menjelaskan bahwa langkah-langkah yang mesti dilakukan oleh seorang penceramah, yaitu; 
Pertama, persiapan. Pada tahapan ini sangat  penting untuk mendukung penampilan pada saat akan melaksanakan ceramah.
__________________________
12 Ardiansyahputera.wordpress.com/9/10/04/islam-agama, diunduh pada 10 Mei 21.30 WIB.

Adapun hal-hal yang mesti dipersiapkan meliputi persiapan mental, jasmani, dan teknis atau materi (pesan dakwah).  Dan penjelasannya sebagai berikut; 1) persiapan mental (ruhaniah). Salah satu cara meningkatkan rasa percaya diri adalah senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Cara lain untuk meningkatkan rasa percaya diri, yaitu dengan berakhlak mulia. Seseorang yang hendak melaksanakan tablig atau dakwah hendaknya memperbaiki dirinya. Jika seseorang yang berdakwah atau melakukan kegiatan tablig berakhlak mulia, orang lain akan terdorong untuk mengikuti ajakannya. Jika seseorang sering melakukan perbuatan tercela dan ia mengajak pada kebaikan, orang lain tidak akan tertarik pada ajakannya. Seseorang yang senantiasa berakhlak mulia memiliki kepercayaan penuh untuk mengajak orang lain melakukan sesuatu. Persiapan mental berpengaruh besar pada penampilan saat seseorang menyampaikan ceramah. Untuk membangun mental yang kuat dapat dilakukan dengan menumbuhkan rasa percaya diri; 2) persiapan fisik (jasmaniah). Kondisi fisik memengaruhi penyampaian materi seorang penceramah. Oleh karena itu, persiapan fisik perlu dilakukan sebelum berceramah. Seorang penceramah harus dalam kondisi sehat agar dapat menyampaikan isi ceramah dengan bajk. Kondisi badan yang kurang sehat dapat menyebabkan penyampaian materi menjadi kurang maksimal. Kesiapan jasmanai (badaniyah) dapat memengaruhi gerakan tangan dan kaki saat berceramah. Seorang penceramah terkadang membutuhkan gerakan-gerakan anggota tubuh untuk mendukung penyampaian materi. Kondisi badan yang sehat akan memudahkan seseorang melakukan gerakan- gerakan tersebut untuk mendukung penjelasan materi kepada jamaah.
Kedua, persiapan teknis. Persiapan teknis dalam berceramah berarti mencakup cara berbicara dan semua alat yang diperlukan untuk berceramah di depan umum. Salah satu bagian dari persiapan teknis adalah materi. Penceramah sebaiknya memperhatikan kelengkapan materi yang meliputi pendahuluan yang perlu disampaikan, uraian isi pokok ceramah, contoh-contoh yang akrab dengan keseharian para jamaah, dan dalil-dalil terkait.14
________________________ 

C.    Tatacara Khithabah (Ceramah)
Khithabah (ceramah) adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan berbagai variasi. Beberapa orang menyampaikan ceramah dengan singkat dan padat. Akan tetapi, ada pula orang  yang menyampaikan ceramah dengan mengorelasikan materi dengan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para jamaah dalam kesehariannya. Berikut langkah-langkah umum yang dapat dilakukan ketika khithabah berlansung, yaitu; 1) mengucap salam; 2) menyapa audien;  3) memberi pengantar; 4) menyampaikan inti pesan yang akan disampaikan; 5)  memberi contoh dengan peragaan sewajarnya; 6) mengajak audien untuk berinteraksi atau komunikasi dua arah (tanya jawab); 7) mendoakan audien atau membuat harapan-harapan yang baik; 8) mengucapkan salam penutup.15
Agama Islam disebarluaskan oleh umatnya, sejak awal hingga sekarang kepada seluruh umat manusia di dunia ini dengan menggunakan beberapa cara (metode), sala satunya melalui khithabah. Metode ini merupakan upaya dalam mentransformasikan pesan-pesan yang sifatnya transendental, yang datangnya dari Allah SWT untuk diterjemahkan dalam bahasa lisan. Melalui metode ini seorang khotib berusaha mengolah bahasa yang tepat, sesuai serta mudah dimengerti oleh penerima khutbah (mukhathab).
D.    Epektifitas Khithabah Dalam Dakwah
Agama Islam disebarluaskan oleh umatnya, sejak awal hingga sekarang kepada seluruh umat manusia di dunia ini dengan menggunakan beberapa cara (metode), sala satunya melalui khithabah. Metode ini merupakan upaya dalam mentransformasikan pesan-pesan yang sifatnya transendental, yang datangnya dari Allah SWT untuk diterjemahkan dalam bahasa lisan. Melalui metode ini seorang khotib berusaha mengolah bahasa yang tepat, sesuai serta mudah dimengerti oleh penerima khutbah (mukhathab). Berdakwah pada dasarnya merupakan aktivitas lisan baik yang disampaikan secara formal melalui forum-forum resmi ataupun sekedar berbicara dengan orang-perorang dengan mengajak mereka ke jalan Allah SWT.
________________________ 

Metode ceramah, pidato, atau khutbah merupakan salah satu bentuk kegiatan dakwah yang sangat sering dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Bahkan khutbah pada hari Jumat adalah merupakan kegiatan wajib yang harus dijalankan saat melaksanakan shalat Jumat. Supaya khutbah dapat berlangsung baik, memikat dan menyentuh akal dan hati para jamaah, maka pemahaman tentang retorika menjadi hal yang penting.16
Adapun, cara menggunakan bahasa dalam pidato tidak hanya mencakup aspek kebahasaan saja, tetapi juga mencakup aspek-aspek lain, misalnya meyusun masalah yang digarap dengan teratur dan logis, yakni adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenran masalah itu. Oleh karena itu suatu bentuk komunikasi yang ingin disampaikan secara efektif dan efisien akan lebih ditekankan pada kemampuan berbahasa secara lisan. Berdakwah tidak hanya sebatas pada ruang lingkup dalam ruang mimbar saja, akan tetapi berdakwah itu mempunyai arti yang sangat luas. Ada berbagai sarana atau berbagai media digunakan oleh pendakwah di antaranya melalui kesenian, tulisan, musik, mimbar pengajian, media massa atau mendengarkan khutbah Jum’at.17
Dakwah efektif adalah proses dan tujuan dakwah yang dilakukan dengan tepat, cermat dan benar. Atau dengan kata lain, dakwah efektif adalah dakwah yang dilakukan dengan tepat dan benar sesuai kondisi mad’u (objek dakwah) yang dihadapi serta sesuai dengan rencana dan tujuan dakwah yang telah ditetapkan sebelumnya. Dan dakwah dikatakan epektif apabila juru dakwah (da’i) paling tidak telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut, Pertama, mengenal dan menguasai peta dakwah. Kedua, mengkorelasikan secara tepat dan cermat antara materi dan metode dakwah, dan ketiga, perencanaan (planning) dan tujuan dakwah secara matang dan target yang jelas, dan dakwah dilakukan secara terorganisir dan terpadu.
Asmuni Syukir (1983)18 menjelaskan bahwa khithabah Khithabah merupakan suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara seorang khotib
________________________
16 www.pelajaransekolahonline.com (26 Februari 2016), diunduh pada 1 Mei 2016, pukul: 08.00 WIB.
17 Abd. Bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus Arab-Indonesia, cet. 3, Mutiara, Jakarta, 1979, hal. 98.
18Asmuni Syukir, 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya, Al-Ikhlas, hal. 48.
(khotib, mubaligh) pada suatu aktivitas dakwah, dan metode dakwah seperti ini juga dapat pula bersifat propaganda. Karateristik yang dipunyai oleh seorang khotib berasal dari pendidikannya, pengalaman serta kharismanya. Hal ini pula yang akan menyebabkan respons yang berbeda dari mukhathab.
Menurut Noor Rahman Fauzan Ahmad Nurisman,19 bahwa agama Islam dalam menyampaikan ajaran-ajarannya kepada seluruh umat manusia menggunakan beberapa cara, antara lain melalui khotbah, tablig, dan dakwah.  Dan aktivitas dakwah dikatakan berhasil (efektif) apabila pesan yang disampaikan oleh setiap dai kepada subjek dakwah (mad’u) dapat dipahami secara menyeluruh dan diungkapkan dengan tindakan nyata. Seorang da’i hendaklah memahami karakter mad’u, mengetahui klasifikasi dan karakter mad’u agar pesan dakwah bisa diterima dengan baik.
Menurut Idy Subandi Ibrahim20  dalam bukunya  Kecerdasan Komunikasi, dan Seni Berkomunikasi kepada publik, menjelaskan bahwa ada sembilan hal yang merupakan ciri pidato yang baik, yaitu:
1.      Pidato yang saklik
Yaitu memiliki nilai objektifitas dan unsure-unsur yang mengandung kebenaran. Dan juga adanya hubungan yang serasi antara isi pidato dan formulasinya. Sehingga kedengarannya indah, tapi bukan berarti menghiasnya dengan gaya bahasa yang berlebihan. Atau dapat pula dikatakan bahwa saklik adanya hubungan yang jelas antara uraian masalah dengan fakta dan pendapat (penilaian pribadi).
2.      Pidato yang jelas dan tegas
Yaitu pembicaraanya harus mengungkapkan pikiran, susunan kalimat yang tepat dan jelas serta isi pidato sedapat mungkin dapat dipahami dan dimengerti oleh pendengarnya.
3.       Pidato yang hidup.
________________________
19Noor Rahman Fauzan dan Ahmad Nurisman,  Efektifitas Pesan Dakwah Melalui Khutbah Jumat,  Jurnal ANNIDA, Vol. 6 No. 2, 2014, hal. 83.
20Idy Subandi Ibrahim,  Kecerdasan Komunikasi, dan Seni Berkomunikasi kepada public, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, hal. 91.

Yaitu pembicaraan dan penjelsanya tidak mati, sepi dan berbicara sendiri. Dalam hal ini dapat digunakan gambar, ilustrasi, cerita pendek ataupun peristiwa-peristiwa yang relevan dengan tema yang disampaikan.
4.      Pidato yang memiliki tujuan yang jelas
Yaitu memiliki tujuan yang jelas yang hendak dicapainya. Tujuan ini dirumuskan dalam secara singkat, padat dan jelas sesuai dengan pokok pikiran yang hendak disampainya.
5.       Pidato yang memiliki klimaks
Yaitu mengungkapkan peristiwa atau kejadian dengan titik puncak untuk memancing rasa keingintahuan dan rasa penasaran pendengarnya.
6.      Pidato yang adanya pengulangan
Yaitu memperjelas dan memperkuat isi pidato agar menarik bagi pendengarnya.
7.      Pidato yang berisi kejutan
                   Yaitu menciptakan hubungan yang baru dan menarik dengan realita yang sedang
8.      Pidato mesti dibatasi
Yaitu materi dan isi pidato yang disampaikan jangan terlalu luas dan lebar. Namun sebaliknya materi dan isinya harus lebih spesipik.
9.      Pidato mesti dibumbui unsur humor
Yaitu isi pidato yang disampaikan ada unsur penyegarannya, yakni humor. Namun  humor tersebut jangan terlalu banyak karena akan menunjukan akan ketidak sunguhan isi pidato yang disampaikan kepada pendengarnya.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berhasil mencapai tujuan, mengesankan, dan mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada komunikan. Secara etimologis, kata efektif (effectif) sering diartikan dengan mencapai hasil yang diinginkan (producing desired result), dan menyenangkan (having a pleasing effect). Sedikitnya ada lima sasaran pokok dalam proses komunikasi dapat dikatakan efektif, yaitu; 1) Membuat pendengar mendengarkan apa yang benar); 4) Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan maksud kita bisa mereka terima; 5) Memperoleh umpan balik dari pendengar.
Prijosaksono dkk. dalam buku Make Yourself A Leader (2000) menyebutkan lima indikator atau lima hukum komunikasi yang efektif (The 5 Inevitable Laes of Effective Communication), yaitu; 1) Respect (rasa hormat; menghargai komunikan (objek);  2) Empathy (menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain); 3) Audible (dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik); 4) Clarity (kejelasan pesan, tidak menimbulkan multiinterpretasi); 5) Humble (rendah hati, mau menghargai, mendengar, menerima kritik, tidak sombong). Aspek komunikasi efektif juga meliputi lima hal, yaitu; 1) Kejelasan (Clarity) pesan yang disampaikan; 2) Ketepatan (Accuracy) kebenaran informasi; 3) Konteks (Context) gaya bicara dan pesan disampaikan dalam situas yang tepat; 4) Alur (Flow) urutan pesan atau sistematika penyampaian; 5) Budaya (Culture) sesuai dengan bahasa, gaya bicara, norma dan etika yang berlaku.  Secara tekniks, untuk mencapai komunikasi efektif, secara verbal komunikasi memainkan teknik vocal, yaitu; 1) Speed (tempo kecepatan bicara; variatif, jangan terlalu cepat jangan pula terlalu lambat);  2) Volume (tinggi-rendah nada bicara, disesuaikan dengan karakter dan jumlah audiens); 3) Aksentuasi (penekanan (stressing) pada kata-kata tertentu); 4) Artikulasi (kejelasan kata demi kata yang diucapkan); 5) Projection (memproyeksikan (mengarahkan) suara sampai ke bagian paling belakang ruangan tanpa harus berteriak); 6) Pronounciation (Pelafalan) (pelafalan kata demi kata secara jelas dan benar); 7) Repetition (pengulangan kata-kata penting dengan irama yang berbeda); 8) Hindari gumaman (Intruding Sound) terlalu sering); 9)  Ringkas, jelas dan tidak bertele-tele.21
E.     Kelebihan dan Kekurangan Khithabah
Khithabah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh karakteristik bicara seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. Khithabah dapat pula berupa propaganda, kampanye, berpidato, khudbah, sambutan, ceramah, mengajar dan sebagainya. Pelaksanaan khithabah sebagai salah satu metode dakwah akhir-akhir ini paling banyak digunakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta, melalui radio, televisi, maupun ceramah secara langsung. Pada sebagian orang menamai khithabah dengan berpidato atau retorika dakwah. Metode ini juga banyak digunakan oleh juru dakwah  (da’i) dalam usaha menyampaikan dakwah Islam. Khitabah ini di pergunakan sebagai mana metode dakwah, efektif dan efisien, apabila; 1)   Objek atau sasaran dakwah berjumlah banyaK; 2)    Penceramah orang yang ahli berceramah dan berbicara; 3)   Sebagai syarat dan rukun ibadah (seperti shalat jum’at); 4)      Metode yang di gunakan sesuai dengan situasi dan kondisi objek dakwah.
_________________________
21 ASM. Romli, Komunikasi Dakwah, Pendekatan Praktis, hak cipta pada penulis, 2013, hal. 45.
Disisi lain, supaya dakwah tepat sasaran dan jangka panjang, maka diperlukan sistem mengelolaan, penataan, dan tindakan dengan baik dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi objek dakwahnya. Maka bagi da’i harus mempunyai pemahaman yang mendalam, bukan hanya frame (Amal Ma’rup Nahi Mungkar) hanya sekedar menyampaikan saja melainkan harus memenuhi beberapa hal, di antaranya; 1) memilih dan memilah materi yang cocok dengan situasi dan konndisi objek dakwah; 2) mengetahui psikologi objek dakwah secara tepat; 3) memilih metode yang tepat dan epektif; 4) menggunakan bahasa  bijaksana.22
Adapun kelebihan khithabah, antara lain sebagai berikut:
    1. Dalam waktu yang relative singkat dapat di sampaikan banyak bahan.
    2. Memungkinkan da’i menggunakan pengalamannya, keistimewaannya dan kebijakannya sehingga mad’u mudah menerima ajaran yang disampaikannya.
    3. Da’i lebih mudah mengusai seluruh mad’u.
    4. Bila di berikan dengan baik, dapat memberi stimulasi kepada mad’u untuk mempelajari yang di sampaikan
    5. Dapat meningkatkan status da’i.
    6. Metode ceramah ini lebih plesibel, artinya mudah di sesuaikan dengan situasi dan kondisi objek dakwah. Sedangkan  kelemahan,  antara lain sebagai berikut:
    1. Bagi da’i kesulitan dalam memahami mad’u terhadap bahan-bahan yang di sampaikannya.
    2. Metode ceramah hanya bersipat komunikasi satu arah.
    3. Suakr menjajaki pola fakir mad’u dan pusat perhatiannya.
    4. Da’I lebih cenderung bersifat otoriter
    5. Pabila da’i tidak mengetahui sikollgi mad’u maka ceramah akan melantur dan menjadi lebih bosan.23
____________________
22 Abbas As-Sisiy, bagaimana menyentuh hati, Era Intermedia, Solo, 2004.
23 Abdul kadir Munsy,Metode Diskusi Dalam Dakwah, (Surabaya: AL-Ikhlas, 1981) hal. 144.

                                                       DAFTAR PUSTAKA


Abdullah, Dzikron,1993. Filsafat Dakwah, Semarang, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
 Semarang.
---------------------, 1992. Metodologi Dakwah (Diktat), Semarang, Fakultas Dakwah.
Ahmad, Amrullah (Ed.), 1983.Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta, Prima Duta.
Asmuni Syukir, 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya, Al-Ikhlas.
Chen, Milthon, 1996. The Smart Paren’t Guide to KID’S Televisi, (Terj.), Jakarta, PT. Gramedia.
Fahmi A.,Alatas, 1997. Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa, Jakarta, Yayasan Pengkajian
 Komunikasi Masa Depan.
Kuswandi, Wawan, 1996. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media Televisi, Jakarta, PT.
 Rineka Cipta.
Muhtadi, Asep S. dan Sri Handajani (Eds.), 2000. Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif
Dakwah Melalui Televisi, Bandung, Pusdai Press.
Hamzah Yakub. 1992. Publisistik Islam, Bandung, Dipenogoro.
H.M. Arifin. 1994. Psiklogi Dakwah, Jakarta, Bumi Alsara.
Wahab .A Suneth dan Syafrudin Djosan. 1983. Problematika Dakwah dalam Era Indonesia
            Baru, Jakarta, Bina Rena Prawira.
ASM. Romli, 2013. Komunikasi Dakwah, Pendekatan Praktis, hak cipta pada penulis.
Didin Hafiduddin, Dakwah Aktual,  Jakarta, Gema InsaniPress, 1998) hlm 79.
Abdul kadir munsy, 1981. Metode Diskusi Dalam Dakwah, Surabaya, AL-Ikhlas.
Siti Muriah, 2000. Metodologi Penelitian Dakwah,  Yokyakarta, Mitra Pustaka.