Ramadhan:
Membentuk Karakter Kepribadian Muslim
Oleh:
Drs. Ahmad Gojin, M.Ag
(Penulis:
Dosen UIN Bandung dan STID Sirnarasa Ciamis-Jabar)
Marhaban Ya Ramadhan……….!
Kalau artis cilik, bernama Tasya begitu semangat dan kegirangan saat menyanyikan lagu berjudul
“Libur Telah Tiba”, maka kita juga harus bahagia dan senang saat
datangnya bulan ramadhan, sebab bulan ramadhan menjanjikan segalanya, khususnya
memberi “bonus pahala” yang berlipat
ganda kepada kita dalam beribadah. Bahagia, karena nyaris semua orang berlomba
dalam memperbanyak amal baiknya. Sehingga, peluang untuk menyaksikan dan berbuat
maksiat bisa diperkecil. Maklum, saat ramadhan, dari mulai anak-anak, remaja,
sampai orang tua, mereka semua rajin dang semangat beribadah agar mendapatkan pahala
yang sebanyak-banyaknya. Tadinya mereka jarang ke masjid untuk beribadah, saat
ramadhan, semuanya berangkat ke masjid. Mereka melaksanakan tarawih, zikir, tadarus
al-Quran dan sebagainya.
Bulan
ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam, dan juga merupakan
bulan yang penuh berkah dan suci bagi umat Islam. Ayat-ayat pertama Al-Qur'an
diturunkan pada bulan ini . Allah SWT. ingin Muslim untuk menunaikan puasa pada
bulan ini dan seperti yang dinyatakan dalam hadits, Allah (SWT) memberikan lebih
banyak pahala untuk ibadah dan rahmat di bulan ini. Para fuqoha
mengatakan bahwa Ramadhan adalah sebuah bulan yang berlimpah dan mulia
yang dapat membuat seorang Muslim , yang menghargai dan menghabiskan waktu
dengan ibadah , memperoleh pahala sebanyak pahala ibadah 80 tahun.
Bulan
Ramadhan merupakan kesempatan berharga yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang
yang beriman kepada Allah dan ingin meraih ridha-Nya. Sehingga kaum Muslimin
menyambut tamu agung tersebut dengan sebaik-baiknya. Imam Ibnu Rajab mengungkapkan:
“Bagaimana mungkin orang yang beriman
tidak gembira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin orang yang
pernah berbuat dosa dan ingin bertobat serta kembali kepada Allah Ta’ala tidak gembira dengan ditutupnya pintu-pintu
neraka? Dan bagaimana mungkin orang yang berakal tidak gembira ketika para
syaitan dibelenggu?”
Para ulama
terdahulu (salaf) jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan Ramadhan,
mereka berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar mereka mencapai
bulan yang mulia tersebut. Karena mencapai bulan Ramadhan merupakan nikmat yang
besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Allah. Mu’alla bin al-Fadhl
berkata: “Dulunya (para ulama salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan
sebelum Ramadhan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan.
Kemudian mereka berdoa kepada-Nya selama enam bulan berikutnya setelah Ramadhan
agar Allah berkenan menerima amal-amal shaleh yang mereka kerjakan dalam bukan
Ramadhan”
Maka
hendaknya setiap muslim yang beriman selayaknya mengambil teladan dari para
ulama terdahulu dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan, dengan
bersungguh-sungguh berdoa dan mempersiapkan diri untuk mendulang pahala
kebaikan, pengampunan serta keridhaan dari Allah SWT. Hal itu juga agar
kelak di akhirat akan merasakan kebahagiaan dan kegembiraan besar ketika
bertemu Allah dan mendapatkan ganjaran yang sempurna dari amal kebaikan mereka.
Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini bukanlah dengan memborong
berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar untuk persiapan makan sahur
dan “balas dendam” ketika berbuka puasa. Juga bukan dengan
mengikuti berbagai program acara televisi yang lebih banyak merusak dan
melalaikan manusia dari mengingat Allah dari pada manfaat yang
diharapkan, itupun kalau ada manfaatnya. Namun persiapan yang dimaksud di sini
adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah shaum
(puasa) dan berbagai ibadah lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya,
yakni dengan niat yang ikhlas, sabar, dan tawakal, serta berbagai amal
kebajikan, tentunya pelakanaan ibadah yang sesuai dengan petunjuk Allah dan
Rasulullah-Nya.
Dari konteks
di atas, dapat diambil benang merahnya bahwa bagi segenap umat Islam yang
beriman hendaknya dalam menyambut dan mengisi bulan ramadhan dengan
mengakualisaskan dalam dimensi kehidupan individu dan sosial, sehingga hal
tersebut dapat membentuk karakteristik kepribadian seorang muslim. Adapun
langkah-langkah yang mesti dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertama, mesti mempersiapkan dan mensucikan
diri, baik jasmani maupun ruhani, seperti meluruskan niat, membersihkan diri
dari sifat tercela, dosa dan maksiat serta menghiasi diri dengan akhlak
terpuji, serta ibadah sehingga ketika memasuki ramadhan keadaan hati yang suci
dan bersih. Kemudian, dalam menjalni puasa ramadhan serta ibadah yang lainnya
dengan khusyu dan konsisten. Tentunya semua itu dilakukan dengan tujuan mengharapkan ridha dari Allah SWT, baik dunia
dan akhirat.
Kedua, dalam melakanakan ibadah puasa
dan ibadah lainnya di bulan ramadhan mesti menteladani para ulama salaf yang
shaleh (salafus shaleh) dengan
bersungguh-sungguh dalam beribadah, shaum ramadhan, berdoa, zikir dan amal
kebajikan lainnya untuk meraih keridhaan dari Allah SWT. Karena bulan
ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa, bulan penuh berkah, bulan
ampunan dan bulan rahmat. Pada bulan tersebut setiap amal kebaikkan umat Islam
di dunia akan dibalas berlipat ganda oleh Allah. Semangat untuk menjalankan
ibadah puasa, akan membentuk karakter dan jati diri muslim yang sesungguhnya.
Selain itu, puasa ramadhan akan membentuk mental-spritual
seorang muslim secara konsisten dan istiqamah dalam menghadapi sebelas bulan
berikutnya.
Ketiga, semua bentuk amaliah dan ibadah
apapun, khususnya ibadah puasa ramadhan, mesti berbekas dan terakualisasikan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena ibadah puasa
merupakan bentuk ibadah yang memiliki dimensi yang bersifat verikal (hubungan langsung dengan Allah)
dan horizontal (hubungan dengan sesama
manusia). Sehingga puasa seorang muslim tidak berbekas dalam kedua dimensi (verikal dan horizontal) tersebut, maka ia merugi dan sia-sia. Artinya dalam
pandangan Allah amaliahnya itu tidak memeliki nilai apapun. Sedangkan tujuan
dari ibadah puasa adalah membentuk insan yang bertaqwa. Oleh sebab itu, orang
yang bertaqwa adalah hamba yang senantiasa melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian, seorang muslim yang melaksanakan
ibadah puasa dan ibadah lainnya di bulan ramadhan dengan benar dan sempurna
akan menjadi insan yang bertaqwa.
Wa-Allahu ‘alam.