Senin, 22 April 2019

Hubungan Fungsional Pendidikan dengan Berbagai Disiplin Ilmu


Hubungan Fungsional Pendidikan dengan Berbagai Disiplin Ilmu
Oleh: AHMAD GOJIN


            




              A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dari beberapa pendapat tentang pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan itu diberikan atau diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif.
Pendidikan, pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long process), dan generasi ke generasi.
Pendidikan sebagai gejala manusiawi dan sekaligus usaha sadar, didalamnya tidak lepas dari keterbatsan-keterbatasan yang dapat melekat pada peserta didik, pendidik, interaksi pendidik, serta pada lingkungan dan sarana pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dirasakan sebagai suatu kebutuhan bangsa yang ingin maju. Dengan keyakinan bahwa pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan disegala bidang.
Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik. Selain itu, untuk menjadi guru yang mempunyai kompetensi profesionalitas seorang guru perlu memahami Pendidikan dalam prespektif antropologis, sosiologis, folisofis, psikologis dan religious (Agama).
 PEMBAHASAN
 Pendidikan merupakan salah satu usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga masyarakat dan negara, dengan memilih isi (materi), srategi kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai.
 Sistem pendidikan merupakan suatu alat, pendidikan merupakan suatu aplikasi dari kebudayaan, yang posisinya itu tidak netral melainkan selalu bergantung pada siapa dan bertujuan apa pendidikan itu dilaksanakan. Adapun tinjauan pendidikan dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain; Antropologis, Sosiologis dan Filosofis.
 Soedijarto (2008), menjelaskan bahwa kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan. Oleh karena itu pendidikan sebagai sarana dalam  mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi kompleks. Kompleks tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan oleh kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia.      
 Perasan ini dipengaruhi oleh berbagai hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemudian teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Dan bangsa Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Berikut uraian singkat, hubungan fungsional pendidikan dengan disiplin ilmu lainnya, yaitu:
1.      Hubungan Pendidikan dengan Antropologis
Secara umum, Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Sedangkan, Antropologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis berdasarkan konsep-konsep dan pendekatan Antropologi.
Antropologi pendidikan mencoba mengungkapkan proses-proses transmisi budaya atau pewarisan pengetahuan melalui proses enkulturasi dan sosialisasi. Selain itu, proses belajar individu sebagai kegiatan sosial budaya merupakan pemahaman dari Antropologi Pendidikan, termasuk di dalamnya peran pendidikan formal dan pendidikan informal.
Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal dapat dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
G.D. Spindler berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa diberikan antropologi terhadap pendidikan adalah menghimpun sejumlah pengetahuan empiris yang sudah diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek proses pendidikan yang berbeda-beda dalam lingkungan sosial budayanya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dengan mempelajari metode kebudayaan maka antropologi bermanfaat bagi pendidikan. Hal ini disebabkan karena kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat bersifat unik dan sukar untuk dibandingkan. Setiap penyelidikan yang dilakukan oleh para ilmuwan akan memberikan sumbangan yang berharga dan mempengaruhi pendidikan.
Semakin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya.
Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh remaja. Sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan di luar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.
2. Hubungan Pendidikan dengan Sosiologis
Pada awal abad ke-20, sosiologi mempunyai peranan penting dalam pendidikan, sehingga lahirlah disiplin ilmu, yakni sosiologi pendidikan. Ditinjau dari segi etimiologinya istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua kata yaitu sosiologi dan pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa di dalam sosiologi pendidikan yang menjadi masalah sentralnya adalah aspek-aspek sosiologi di dalam pendidikan.
Menurut H.P Fairchild dalam bukunya “Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
Goerge Payne, berpendapat bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, proses sosial, terdapat yang dinamakan dengan social relationship, hubungan-hubungan sosial ataupun secara tehnis disebut interaksi sosial, dimana di dalam dan dengan interaksi sosial itu individu memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya. Inilah yang merupakan aspek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya.
Charles A. Ellwood, mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajar hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan pendidikan dengan sosiologis sangat erat kaitannya. Sehingga sosiologi diharapkan mampu menyumbangkan pemikirannya untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang bersifat fundamental (mendasar).
3. Hubungan Pendidikan dengan Filosofis
Hubungan filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horizontal, yaitu kaitan (hubungan) antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.
Adapun filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1) Filsafat, dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan proplematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli.
2) Filsafat, berfungsi member arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata.
3) Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (paedagogik).
Pendidikan secara filosofis merupakan satu kesatuan dengan kehidupan, yang menunjukan proses bagaimana manusia mengenal diri dengan segenap potensi yang dimilikinya dan memahami apa yang tengah dihadapinya dalam realitas kehidupan nyata.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan yang sangat erat. Karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.
4.   Hubungan Pendidikan dengan Psikologis
           Psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan. Tingkah laku dalam pengertian ini, adalah tingkah laku yang mempunyai tujuan.
         Psikologi menjelaskan berbagai aspek perkembangan individu, melakukan analisis dan menjelaskan berbagai gejala-gejala jiwa manusia. Sedangkan pendidikan mengembangkan berbagai potensi, yang secara luas melibatkan aspek fisik dan psikis pada manusia.
Hubungan antara psikologi dan pendidikan kemudian melahirkan cabang ilmu baru yang dikenal dengan psikologi pendidikan. Oleh karena itu, psikologi pendidikan kemudian memfokuskan diri dalam mengamati berbagai tingkah laku yang terkait dengan mendidik, belajar dan mengajar.
        George J Mouly, mengemukakan bahwa To the extent that psychology is the  science most directly concerned with the study of behavior, it must necessarily supply the major part of the scientific of foundation of educational practice. In fact, psychology can contribute to every aspect of educational practice through the clarification of the nature learner, of the larning process, and of the role of the teacher.
       Pendapat George J Mouly tersebut menjelaskan bahwa psikologi sangat membantu di dalam memahami struktur dan berbagai aspek psikologi dari para peserta didik sehingga proses pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif. Pandangan ini menegaskan arti penting psikologi dalam dunia pendidikan.
         Dewasa ini, psikologi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang vital dalam praktek pendidikan, mulai dari interaksi guru dan murid, pemilihan bahan dan metode mengajar yang tepat, memacu perkembangan fisik dan mental anak untuk mencapai tujuan pembelajaran dan lain-lain.
            Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peranan psikologi dalam pendidikan ialah bertujuan untuk memberikan orientasi mengenai laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan pendekatan psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan dan dalam situasi proses belajar mengajar. Psikologi dalam dunia pendidikan banyak mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan, perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode belajar mengajar.
5.   Hubungan Pendidikan dengan Agama
Menurut Hamka, bahwa  pendidikan adalah proses ta’lim (belajar) dan  pendidikan  (tarbiyah)  tertentu. Tarbiya,  mengandung arti yang lebih komprehensif dalam memaknai pendidikan,  terutama pendidikan Islam baik secara vertikal maupun horizontal. Prosesnya merujuk pada pemeliharaan dan pengembangan seluruh potensi (fitrah) peserta didik baik jasmaniah maupun rohaniah.
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat  yang tidak hanya bersifat pemeliharan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan.
Pendidikan menurut Undang-undang (UU) Nomor: 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Sedangkan agama menurut Ensiklopedia Indonesia diuraikan sebagai berikut: Agama (umum), manusia mengakui dalam agama adanya yang suci: manusia itu insaf, bahwa ada sesuatu kekuasaan yang memungkinkan dan melebihi segala yang ada. Sehingga manusia mengikuti norma-norma yang ada dalam agama, baik tata aturan kehidupan maupun tata aturan agama itu sendiri. Sehingga dengan adanya agama kehidupan manusia menjadi teratur, tentram dan bermakna. Sedangkan agama (wahyu) adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan, para rasul, dan kitab-kitab-Nya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia.  
Agama menyiapkan norma hidup yang komprehensif yang melandasi tujuan pendidikan. Norma tersebut bersifat stabil karena berpangkal pada norma absolut, berasal dari Allah SWT. yang secara berangsur disadari manusia dalam lingkup waktu dan tempat. Agamalah yang menyiapkan dan melahirkan tujuan pendidikan yang sangat bermakna.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan sangat erat kaitannya dengan Agama. Bahkan Agama merupakan landasan terpenting bagi pendidikan. Ilmu pendidikan berlandaskan agama mengandung makna bahwa agama itu menjadi sumber inspirasi untuk menyusun ilmu untuk menyusun ilmu atau konsep-konsep pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Misalnya, teori pendidikan Islam berangkat dari al-Qur’an dan Hadis. Ayat-ayat (al-Qur’an) dan redaksi Hadis dijadikan sebagai landasan dalam keseluruhan sistem pendidikan Islam.
KESIMPULAN
              Hubungan fungsional pendidikan dengan disiplin ilmu lainnya adalah sebagai berikut: Pertama, Hubungan Pendidikan dengan Antropologis. Kedua, Hubungan Pendidikan dengan Sosiologis. Ketiga, Hubungan Pendidikan dengan Filosofis. Keempat, Hubungan Pendidikan dengan Psikologis. Kelima, Hubungan Pendidikan dengan Religius.
DAFTAR PUSTAKA

Dyanakoswara. 2017. Tinjauan Pendidikan dilihat dari Aspek Antropologis,
 Sosiologis dan Filosofis (Makalah), diakses 15 April 2017, diunduh pada 23
 September 2018, pukul: 14.30. WIB.
Jalaludin Rahmat.  2009. Psikologi  Agama, Jakarta: Grafindo Persada.
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
 Remaja Rosdakarya.
Mohammad Ali.  2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung: Pedagogiana Press.
Rifa’i, Achmad. 2012. Psikologi Pendidikan, Semarang: UNNES Press.
Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional, Jakarta: Kompas Media
 Nusantara.
Undang-undang  Sisdiknas, Undang-undang Republik Indonesia, (UU RI), Nomor:
            20 tahun 2003, diunduh pada 27 September 2018, pukul: 20.00 WIB.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar