Hubungan Fungsional Pendidikan dengan Berbagai Disiplin Ilmu
Oleh:
AHMAD GOJIN
A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dari
beberapa pendapat tentang pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan
pada umumnya sepakat bahwa pendidikan itu diberikan atau diselenggarakan dalam
rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif.
Pendidikan, pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya
mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan,
di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long
process), dan generasi ke generasi.
Pendidikan
sebagai gejala manusiawi dan sekaligus usaha sadar, didalamnya tidak lepas dari
keterbatsan-keterbatasan yang dapat melekat pada peserta didik, pendidik,
interaksi pendidik, serta pada lingkungan dan sarana pendidikan. Peningkatan
mutu pendidikan dirasakan sebagai suatu kebutuhan bangsa yang ingin maju. Dengan
keyakinan bahwa pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan disegala
bidang.
Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis,
dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta
pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi
salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik. Selain itu, untuk
menjadi guru yang mempunyai kompetensi profesionalitas seorang guru perlu
memahami Pendidikan dalam prespektif antropologis, sosiologis, folisofis, psikologis
dan religious (Agama).
PEMBAHASAN
Pendidikan merupakan salah satu usaha yang sengaja dan terencana
untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga masyarakat dan negara,
dengan memilih isi (materi), srategi kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai.
Sistem pendidikan merupakan suatu
alat, pendidikan merupakan suatu aplikasi dari kebudayaan, yang posisinya itu
tidak netral melainkan selalu bergantung pada siapa dan bertujuan apa
pendidikan itu dilaksanakan. Adapun tinjauan pendidikan dapat dilihat dari
berbagai aspek, antara lain; Antropologis, Sosiologis dan Filosofis.
Soedijarto (2008), menjelaskan bahwa
kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan. Oleh karena
itu pendidikan sebagai sarana dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dan memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia
menjadi kompleks. Kompleks tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu
pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan oleh kesadaran akan bahaya keterbelakangan
pendidikan di Indonesia.
Perasan ini dipengaruhi oleh berbagai
hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang
globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemudian teknologi dan perubahan yang
terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Dan bangsa Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka
sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Berikut uraian singkat, hubungan
fungsional pendidikan dengan disiplin ilmu lainnya, yaitu:
1.
Hubungan
Pendidikan dengan Antropologis
Secara umum,
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi
yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, serta untuk memperoleh
pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Sedangkan, Antropologi
pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan memecahkan
masalah-masalah pendidikan dengan analisis berdasarkan konsep-konsep dan
pendekatan Antropologi.
Antropologi
pendidikan mencoba mengungkapkan proses-proses transmisi budaya atau pewarisan
pengetahuan melalui proses enkulturasi dan sosialisasi. Selain itu, proses
belajar individu sebagai kegiatan sosial budaya merupakan pemahaman dari
Antropologi Pendidikan, termasuk di dalamnya peran pendidikan formal dan
pendidikan informal.
Penyampaian
kebudayaan melalui lembaga informal dapat dilakukan melalui enkulturasi
semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat
kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang
sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
G.D. Spindler
berpendirian bahwa kontribusi utama yang bisa diberikan antropologi terhadap
pendidikan adalah menghimpun sejumlah pengetahuan empiris yang sudah
diverifikasikan dengan menganalisa aspek-aspek proses pendidikan yang
berbeda-beda dalam lingkungan sosial budayanya.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa dengan mempelajari metode kebudayaan maka
antropologi bermanfaat bagi pendidikan. Hal ini disebabkan karena kebudayaan
yang ada dan berkembang dalam masyarakat bersifat unik dan sukar untuk
dibandingkan. Setiap penyelidikan yang dilakukan oleh para ilmuwan akan
memberikan sumbangan yang berharga dan mempengaruhi pendidikan.
Semakin
cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk
memahami kebudayaannya sendiri. Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak
dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru
diperlukan metode baru untuk mempelajarinya.
Dalam hal ini
pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama
memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. Pendidikan bersifat
konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang
dilakukan oleh remaja. Sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian
yang dapat diantisipasikan di dalam dan di luar kebudayaan serta merintis jalan
untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.
2. Hubungan
Pendidikan dengan Sosiologis
Pada awal abad ke-20, sosiologi mempunyai peranan penting
dalam pendidikan, sehingga lahirlah disiplin ilmu, yakni sosiologi pendidikan.
Ditinjau dari segi etimiologinya istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua
kata yaitu sosiologi dan pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa di dalam
sosiologi pendidikan yang menjadi masalah sentralnya adalah aspek-aspek
sosiologi di dalam pendidikan.
Menurut H.P Fairchild dalam bukunya “Dictionary of
Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang
diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi
ia tergolong applied sociology.
Goerge Payne, berpendapat bahwa sosiologi
pendidikan adalah ilmu yang mempelajari lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial, proses sosial, terdapat yang dinamakan dengan social
relationship, hubungan-hubungan sosial ataupun secara tehnis disebut
interaksi sosial, dimana di dalam dan dengan interaksi sosial itu individu
memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya. Inilah yang merupakan
aspek-aspek atau prinsip-prinsip sosiologisnya.
Charles A. Ellwood, mengatakan bahwa sosiologi pendidikan
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajar hubungan antara semua pokok-pokok
masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.
Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan pendidikan dengan sosiologis sangat
erat kaitannya. Sehingga sosiologi diharapkan mampu menyumbangkan pemikirannya
untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang bersifat fundamental
(mendasar).
3. Hubungan
Pendidikan dengan Filosofis
Hubungan
filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horizontal, yaitu kaitan (hubungan)
antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga
merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu
filsafat penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran. Filsafat
pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan
filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.
Adapun filsafat
pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah
dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan,
sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya
filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah
hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu
pengetahuan yang sejenis.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan,
yaitu sebagai berikut:
1) Filsafat, dalam arti filosofis merupakan satu cara
pendekatan yang dipakai dalam memecahkan proplematika pendidikan dan menyusun
teori-teori pendidikan oleh para ahli.
2) Filsafat, berfungsi member arah bagi teori pendidikan
yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan
kehidupan yang nyata.
3) Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai
fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori
pendidikan menjadi ilmu pendidikan (paedagogik).
Pendidikan
secara filosofis merupakan satu kesatuan dengan kehidupan, yang menunjukan
proses bagaimana manusia mengenal diri dengan segenap potensi yang dimilikinya
dan memahami apa yang tengah dihadapinya dalam realitas kehidupan nyata.
Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan yang sangat erat. Karena
filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan,
meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.
4.
Hubungan Pendidikan dengan Psikologis
Psikologi
sebagai cabang ilmu
pengetahuan adalah ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan. Tingkah laku dalam
pengertian ini, adalah tingkah laku yang mempunyai tujuan.
Psikologi menjelaskan berbagai aspek
perkembangan individu, melakukan analisis dan menjelaskan berbagai
gejala-gejala jiwa manusia. Sedangkan pendidikan mengembangkan berbagai
potensi, yang secara luas melibatkan aspek fisik dan psikis pada manusia.
Hubungan antara psikologi dan
pendidikan kemudian melahirkan cabang ilmu baru yang dikenal dengan psikologi
pendidikan. Oleh karena itu, psikologi
pendidikan kemudian memfokuskan diri dalam mengamati berbagai tingkah laku yang
terkait dengan mendidik, belajar dan mengajar.
George J Mouly, mengemukakan bahwa To the
extent that psychology is the science
most directly concerned with the study of behavior, it must necessarily supply the
major part of the scientific of foundation of educational practice. In fact,
psychology can contribute to every aspect of educational practice through the
clarification of the nature learner, of the larning process, and of the role of
the teacher.
Pendapat George J Mouly tersebut
menjelaskan bahwa psikologi sangat membantu di dalam memahami struktur dan
berbagai aspek psikologi dari para peserta didik sehingga proses pendidikan
dapat dilaksanakan secara efektif. Pandangan ini
menegaskan arti penting psikologi dalam dunia pendidikan.
Dewasa ini, psikologi
pendidikan merupakan disiplin ilmu yang vital
dalam praktek pendidikan, mulai dari interaksi guru dan murid, pemilihan bahan dan metode mengajar yang tepat, memacu
perkembangan fisik dan mental anak untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
lain-lain.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peranan psikologi dalam pendidikan ialah bertujuan untuk memberikan
orientasi mengenai laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan
pendekatan psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses
pendidikan dan dalam situasi proses belajar mengajar. Psikologi dalam dunia pendidikan banyak mempengaruhi perumusan tujuan
pendidikan, perumusan kurikulum maupun prosedur dan metode-metode belajar
mengajar.
5.
Hubungan Pendidikan dengan Agama
Menurut Hamka, bahwa pendidikan adalah proses ta’lim (belajar)
dan pendidikan (tarbiyah) tertentu. Tarbiya, mengandung arti yang lebih komprehensif dalam
memaknai pendidikan, terutama
pendidikan Islam baik secara vertikal maupun horizontal. Prosesnya merujuk pada
pemeliharaan dan pengembangan seluruh potensi (fitrah) peserta didik
baik jasmaniah maupun rohaniah.
Menurut
Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah proses pembudayaan yakni suatu usaha
memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharan tetapi
juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah
keluhuran hidup kemanusiaan.
Pendidikan
menurut Undang-undang (UU) Nomor: 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Sedangkan agama menurut Ensiklopedia
Indonesia diuraikan sebagai berikut: Agama (umum), manusia mengakui dalam agama
adanya yang suci: manusia itu insaf, bahwa ada sesuatu kekuasaan yang
memungkinkan dan melebihi segala yang ada. Sehingga manusia mengikuti
norma-norma yang ada dalam agama, baik tata aturan kehidupan maupun tata aturan
agama itu sendiri. Sehingga dengan adanya agama kehidupan manusia menjadi
teratur, tentram dan bermakna. Sedangkan agama (wahyu) adalah agama yang
menghendaki iman kepada Tuhan, para rasul, dan kitab-kitab-Nya untuk disebarkan
kepada segenap umat manusia.
Agama menyiapkan norma hidup yang
komprehensif yang melandasi tujuan pendidikan. Norma tersebut bersifat stabil
karena berpangkal pada norma absolut, berasal dari Allah SWT. yang secara
berangsur disadari manusia dalam lingkup waktu dan tempat. Agamalah yang
menyiapkan dan melahirkan tujuan pendidikan yang sangat bermakna.
Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa pendidikan sangat erat kaitannya dengan Agama. Bahkan Agama merupakan
landasan terpenting bagi pendidikan. Ilmu pendidikan berlandaskan agama
mengandung makna bahwa agama itu menjadi sumber inspirasi untuk menyusun ilmu
untuk menyusun ilmu atau konsep-konsep pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Misalnya,
teori pendidikan Islam berangkat dari al-Qur’an dan Hadis. Ayat-ayat (al-Qur’an)
dan redaksi Hadis dijadikan sebagai landasan dalam keseluruhan sistem
pendidikan Islam.
KESIMPULAN
Hubungan fungsional pendidikan
dengan disiplin ilmu lainnya adalah sebagai berikut: Pertama, Hubungan Pendidikan dengan Antropologis. Kedua, Hubungan
Pendidikan dengan Sosiologis. Ketiga, Hubungan Pendidikan dengan
Filosofis. Keempat, Hubungan Pendidikan dengan Psikologis. Kelima,
Hubungan Pendidikan dengan Religius.
DAFTAR PUSTAKA
DyanakoswaraTinjauan
Pendidikan dilihat dari Aspek Antropologis,
Sosiologis dan Filosofis
(Makalah), diakses 15 April 2017, diunduh pada 23
September 2018, pukul: 14.30. WIB.
Jalaludin Rahmat. 2009. Psikologi Agama, Jakarta: Grafindo Persada.
Muhibbin Syah.
2005. Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mohammad
Ali. 2007. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan, Bandung: Pedagogiana Press.
Rifa’i, Achmad.
2012. Psikologi Pendidikan, Semarang: UNNES Press.
Soedijarto.
2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional, Jakarta: Kompas Media
Nusantara.
Undang-undang Sisdiknas, Undang-undang Republik Indonesia,
(UU RI), Nomor:
20 tahun 2003, diunduh pada 27 September 2018,
pukul: 20.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar