Sabtu, 25 April 2015

Epektifitas Dakwah Dari Masa Ke Masa



Epektifitas Dakwah Dari Masa Ke Masa
Oleh: Drs. AHMAD GOJIN, M.Ag
(Penulis: Dosen (UIN Bandung dan STID Sirnarasa Ciamis)

Pendahuluan
Barangsiapa diantara kamu yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, maka hendaklah mengubahnya dengan lidahnya dan jika dia tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika dia tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya dan hal itu merupakan selemah-lemahnya iman (HR. Muslim).
Dakwah dalam praktiknya merupakan kegiatan yang sudah cukup tua,  yaitu sejak adanya  tugas dan fungsi yang harus demban manusia di belantara kehidupan ini. Oleh sebab itu,  eksistensi dakwah tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun, karena kegiatan dakwah sebagai proses penyelamatan umat manusia dari berbagai persoalan manusia yang merugikan kehidupannya, meruapan bagian dari tugas dan fungsi manusia yang sudah direncanakan sejak awal penciptaan manusia sebagai khalifah fi al-ardh (khalifah di muka bumi).
Dakwah dalam implementasinya, merupakan kerja dan karya besar manusia, baik secara personal maupun kelompok yang dipersembahkan untuk Tuhan dan sesamanya adalah kerja sadar dalam rangka menegakkan keadilan, meningkatkan kesejahteraan, menyuburkan persamaan, dan mencapai kebahagian atas dasar ridha Allah SWT. Dengan demikian, baik secara teologis maupun sosiologis dakwah akan tetap ada selama umat manusia masih ada dan selama Islam masih menjadi agama manusia.
Secara teologis, dakwah merupakan bagian dari tugas suci (ibadah) bagi umat Islam. Kemudian secara sosiologis, kegiatan dakwah apapun bentuk dan konteksnya akan dibutuhkan dan mewujudkan keshalehan individual dan keshalehan sosial, yaitu pribadi yang memiliki kasih sayang terhadap sesamanya dan mewujudkan tatanan masyarakat marhamah yang dilandasi oleh kebenaran tauhid, persamaan derajat, semangat persaudaraan, kesadaran akan arti penting kesejateraan bersama, dan penegakan keadilan di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Pada dasarnya, dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan sebagai pemberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh kegiatan dakwah akan sia-sia (muspra; dalam bahasa Jawa). Apabila ditinjau dari pendekatan sistem, tujuan dakwah merupakan salah satu unsur dakwah.
Islam adalah agama dakwah, yaitu dalam ajarannya memerintahkan umatnya untuk mengajak keberbagai lini kehidupan manusia, supaya mereka beriman, bertaqwa, serta beramal sesuai dengan nilai-nilai Islam. Artinya dakwah ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab semua umat Islam yang sudah mukallaf, laki-laki dan perempuan, baik ulama dan intelek, aktivis dan politisi hartawan dan dermawan dimanapun dan kapanpun sesuai dengan kapasitas, kemampuan dan kompetensinya masing-masing. Ulama dan intelek  berdakwah dengan ilmu dan pemikirannya. Aktivis dan politisi berdakwah gerakan dan jabatanya. Hartawan dan dermawan berdakwah dengan hartanya. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW.
Barangsiap diantara kamu melihat kemungkaran maka hendaklah mengubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika tidak bisa maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim).
Dakwah merupakan tugas yang terhormat dan mulia, karena hal itu merupakan titah Allah dan Rasulnya. Dan dakwah juga merupakan usaha merekontruksi masyarakat melalui kegaiatan sosialisasi dan pelembagaan Islam, baik secara lisan (bi al-khithabah), tulisan (bi al-kitabah) maupun dengan perbuatan (bi al-hal). Kegiatan tersebut harus dilakukan dengan terrencana, terprogram, terorganisir dan sistematis.
Menurut Sukriadi Sambas, Al-Quran adalah kitab dakwah yang merupakan pesan dakwah Allah sebab Allah menjelaskan secara eksplisit  adanya aktivitas dakwah sebagai bagian yang diperintahkan.
Al-Quran merupakan kitab dakwah. Yang memiliki ruh pembangkit. Yang berfungsi sebagai penguat. Yang berperan sebagai penjaga, penerang, dan penjelas. Dan merupakan tempat kembali satu-satunya bagi para penyeru dakwah dalam mengambil rujukan dalam melakukan kegiatan dakwah dan dalam menyusun suatu konsep gerakan dakwah selanjutnya.
Al-Quran menyentuh banyak aspek yang berkaitan dengan kebutuhan dan kewajiban manusia untuk berdakwah. Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa al-Quran merupakan sumber inspirasi dakwah. Lebih dari itu, al-Quran dapat juga dikatakan sebagai kitab dakwah., dalam pengertian bahwa al-Quran-lah yang mengintroduksi wacana itu dan menjelaskan segala sesuatu yang berkenaan tentangnya.
Pengertian Dakwah
Dakwah, secara bahasa (etimologi) merupakan sebuah kata dari bahasa Arab dalam bentuk masdar. Kata dakwah berasal dari kata:  دعا – يدعو - دعوة   (da’a, yad’u, da’watan), yang artinya seruan, panggilan, undangan atau do”a.
Secara etimologi kata dakwah berarti : (1) memanggil; (2) menyeru; (3) menegaskan atau membela sesuatu; (4) memohon dan meminta atau berdo’a. Artinya, proses penyampaian pesan-pesan tertentu berupa ajakan, seruan, undangan untuk mengikuti pesan tersebut atau menyeru dengan tujuan untuk mendorong seseorang suapaya melakukan cita-cita tertentu.  Oleh karena itu, dalam kegiatan dakwah ada proses mengajak, maka orang yang mengajak disebut da’i dan orang yang diajak disebut mad’u. Pengertian dakwah dari segi bahasa ini masih memiliki karakteristik yang umum, karena yang namanya mengajak, memanggil atau menyeru bisa saja kepada arah kebaikan dan keburukan.
Term dakwah dalam al-Quran yang dipandang paling populer adalah yad’una ila al-khayr, ya’muruna bi al-ma’ruf, dan ‘yanhawna ‘an al-munkar. Dalam konteks ini, seorang muslim secara khusus mempunyai kewajiban dan tanggungjawab moral untuk hadir ditengah-tengah kehidupan sosial masyarakat sebagai bukti dan saksi kehidupan Islami (syuhada ‘ala al-nas), umat pilihan (khoero ummah) yang mampu merealisasikan nilai-nilai Ilahi, yaitu menyatakan dan menyerukan al-khoer, sebagai kebenaran prinsipil dan universal (ya’uuna ila al-khoer), melaksanakan dan menganjurkan al-ma’ruf, yaitu nilai-nilai kebenaran kultural (ya’muruuna bi al-ma’ruf), serta menjauhi dan mencegah kemunkaran (yanhawna ani al-munkar). Disamping istilah tersebut dalam al-Quran juga memperkenalkan istilah-istilah lain yang dipandang berkaitan dengan tema umum dakwah, seperti tabligh (penyampaian), tarbiyah (pendidikan), ta’lim (pengajaran), tabsyir (penyampaian berita gembira), tandzir (penyampaian ancaman), tawsiyah (nasehat), tadzakir dan tanbih (peringatan).    
Definisi dakwah secara terminologi (istilah) para ahli berbeda-beda. Namun menurut hemat penulis, bahwa dakwah adalah mengajak manusia kepada kebajikan dan keselamatan didunia dan akhirat.
Dakwah Epektif
Dakwah efektif adalah proses dan tujuan dakwah yang dilakukan dengan tepat, cermat dan benar. Atau dengan kata lain, dakwah efektif adalah dakwah yang dilakukan dengan tepat dan benar sesuai kondisi mad’u (objek dakwah) yang dihadapi serta sesuai dengan rencana dan tujuan dakwah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dakwah dikatakan epektif apabila juru dakwah (da’i) paling tidak telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut, Pertama, mengenal dan menguasai peta dakwah. Kedua, mengkorelasikan secara tepat dan cermat antara materi dan metode dakwah, dan ketiga, perencanaan (planning) dan tujuan dakwah secara matang dan target yang jelas, dan dakwah dilakukan secara terorganisir dan terpadu.


Referensi

Asmuni Syukir. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas.
Aep Kusnawan. 2004. Ilmu Dakwah (Kajian dari Berbagai Aspek), Bandung: Bani Quraisy.
Ahmad Gojin, 2014. Kumpulan Artikel: Epistimologi Islam dan Barat, Dakwah Transpormatif, Pendidikan Islam, Bandung: t.p.
Bin Hajaj, Muslim. 1993. Shahih al-Muslim, Bairut: Dar AlFikr.
Enjang AS dan Aliyudin. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Bandung: Widya Padjajaran.
Hamzah Yakub. 1992. Publisistik Islam, Bandung: Dipenogoro.
H.M. Arifin. 1994. Psiklogi Dakwah, Jakarta: Bumi Alsara.
Wahab .A Suneth dan Syafrudin Djosan. 1983. Problematika Dakwah dalam Era Indonesia Baru, Jakarta: Bina Rena Prawira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar