Jumat, 19 Juni 2015

Transformasi Ramadhan



Ramadhan: Membentuk Karakter Kepribadian Muslim
Oleh: Drs. Ahmad Gojin, M.Ag
(Penulis: Dosen UIN Bandung dan STID Sirnarasa Ciamis-Jabar)

Marhaban Ya Ramadhan……….!
Kalau artis cilik, bernama Tasya begitu semangat dan kegirangan saat menyanyikan lagu berjudul “Libur Telah Tiba”, maka kita juga harus bahagia dan senang saat datangnya bulan ramadhan, sebab bulan ramadhan menjanjikan segalanya, khususnya memberi “bonus pahala” yang berlipat ganda kepada kita dalam beribadah. Bahagia, karena nyaris semua orang berlomba dalam memperbanyak amal baiknya. Sehingga, peluang untuk menyaksikan dan berbuat maksiat bisa diperkecil. Maklum, saat ramadhan, dari mulai anak-anak, remaja, sampai orang tua, mereka semua rajin dang semangat beribadah agar mendapatkan pahala yang sebanyak-banyaknya. Tadinya mereka jarang ke masjid untuk beribadah, saat ramadhan, semuanya berangkat ke masjid. Mereka melaksanakan tarawih, zikir, tadarus al-Quran dan sebagainya.
Bulan ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender  Islam, dan juga merupakan bulan yang penuh berkah dan suci bagi umat Islam. Ayat-ayat pertama Al-Qur'an diturunkan pada bulan ini . Allah SWT. ingin Muslim untuk menunaikan puasa pada bulan ini dan seperti yang dinyatakan dalam hadits, Allah (SWT) memberikan lebih banyak pahala untuk ibadah dan rahmat di bulan ini. Para fuqoha  mengatakan bahwa Ramadhan  adalah sebuah bulan yang berlimpah dan mulia yang dapat membuat seorang Muslim , yang menghargai dan menghabiskan waktu dengan ibadah , memperoleh pahala sebanyak pahala ibadah 80 tahun.
Bulan Ramadhan merupakan kesempatan berharga yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan ingin meraih ridha-Nya. Sehingga kaum Muslimin menyambut tamu agung tersebut dengan sebaik-baiknya. Imam Ibnu Rajab mengungkapkan: “Bagaimana mungkin orang yang beriman tidak gembira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin orang yang pernah berbuat dosa dan ingin bertobat serta kembali kepada Allah Ta’ala tidak gembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Dan bagaimana mungkin orang yang berakal tidak gembira ketika para syaitan dibelenggu?”
Para ulama terdahulu (salaf) jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan Ramadhan, mereka berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar mereka mencapai bulan yang mulia tersebut. Karena mencapai bulan Ramadhan merupakan nikmat yang besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Allah. Mu’alla bin al-Fadhl berkata: “Dulunya (para ulama salaf) berdoa kepada Allah  selama enam bulan sebelum Ramadhan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian mereka berdoa kepada-Nya selama enam bulan berikutnya setelah Ramadhan agar Allah berkenan menerima amal-amal shaleh yang mereka kerjakan dalam bukan Ramadhan”
Maka hendaknya setiap muslim yang beriman selayaknya mengambil teladan dari para ulama terdahulu dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan, dengan bersungguh-sungguh berdoa dan mempersiapkan diri untuk mendulang pahala kebaikan, pengampunan serta keridhaan dari Allah SWT. Hal itu juga agar kelak di akhirat akan merasakan kebahagiaan dan kegembiraan besar ketika bertemu Allah dan mendapatkan ganjaran yang sempurna dari amal kebaikan mereka. Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini bukanlah dengan memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar untuk persiapan makan sahur dan “balas dendam” ketika berbuka puasa. Juga bukan dengan mengikuti berbagai program acara televisi yang lebih banyak merusak dan melalaikan manusia dari mengingat Allah  dari pada manfaat yang diharapkan, itupun kalau ada manfaatnya. Namun persiapan yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah shaum (puasa) dan berbagai ibadah lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya, yakni dengan niat yang ikhlas, sabar, dan tawakal, serta berbagai amal kebajikan, tentunya pelakanaan ibadah yang sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasulullah-Nya.
Dari konteks di atas, dapat diambil benang merahnya bahwa bagi segenap umat Islam yang beriman hendaknya dalam menyambut dan mengisi bulan ramadhan dengan mengakualisaskan dalam dimensi kehidupan individu dan sosial, sehingga hal tersebut dapat membentuk karakteristik kepribadian seorang muslim. Adapun langkah-langkah yang mesti dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertama, mesti mempersiapkan dan mensucikan diri, baik jasmani maupun ruhani, seperti meluruskan niat, membersihkan diri dari sifat tercela, dosa dan maksiat serta menghiasi diri dengan akhlak terpuji, serta ibadah sehingga ketika memasuki ramadhan keadaan hati yang suci dan bersih. Kemudian, dalam menjalni puasa ramadhan serta ibadah yang lainnya dengan khusyu dan konsisten. Tentunya semua itu dilakukan dengan tujuan  mengharapkan ridha dari Allah SWT, baik dunia dan akhirat.
Kedua, dalam melakanakan ibadah puasa dan ibadah lainnya di bulan ramadhan mesti menteladani para ulama salaf yang shaleh (salafus shaleh) dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah, shaum ramadhan, berdoa, zikir dan amal kebajikan lainnya untuk meraih keridhaan dari Allah SWT. Karena bulan ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa, bulan penuh berkah, bulan ampunan dan bulan rahmat. Pada bulan tersebut setiap amal kebaikkan umat Islam di dunia akan dibalas berlipat ganda oleh Allah. Semangat untuk menjalankan ibadah puasa, akan membentuk karakter dan jati diri muslim yang sesungguhnya. Selain itu, puasa ramadhan akan membentuk mental-spritual seorang muslim secara konsisten dan istiqamah dalam menghadapi sebelas bulan berikutnya.
Ketiga, semua bentuk amaliah dan ibadah apapun, khususnya ibadah puasa ramadhan, mesti berbekas dan terakualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena ibadah puasa merupakan bentuk ibadah yang memiliki dimensi yang bersifat verikal (hubungan langsung dengan Allah) dan horizontal (hubungan dengan sesama manusia). Sehingga puasa seorang muslim tidak berbekas dalam kedua dimensi (verikal dan horizontal) tersebut, maka ia merugi dan sia-sia. Artinya dalam pandangan Allah amaliahnya itu tidak memeliki nilai apapun. Sedangkan tujuan dari ibadah puasa adalah membentuk insan yang bertaqwa. Oleh sebab itu, orang yang bertaqwa adalah hamba yang senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian, seorang muslim yang melaksanakan ibadah puasa dan ibadah lainnya di bulan ramadhan dengan benar dan sempurna akan menjadi insan yang bertaqwa.
Wa-Allahu ‘alam.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar