Pengembangan Da’i Multitalenta Di Era Kontemporer
Oleh : Drs. Ahmad
Gozin, M.Ag
(Penulis: Dosen UIN dan STID Sirnarasa Ciamis)
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang memerintahkan umatnya
untuk mengajak umat manusia, supaya beriman, beramal, dan berkarya sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Pelaksanaan dakwah sampai hari ini, belum dikelola
dan dimanaj secara professional dan terukur. Disisi lain, dakwah
ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab semua umat Islam yang mukallaf, laki-laki
dan perempuan, ulama dan intelek, aktivis dan politisi, hartawan dan dermawan
dimanapun dan kapanpun sesuai dengan kapasitas, kemampuan dan kompetensinya
masing-masing. Ulama dan intelek
berdakwah dengan ilmu dan pemikirannya. Aktivis dan politisi berdakwah
gerakan dan jabatanya. Hartawan dan dermawan berdakwah dengan hartanya. Hal ini
sesuai dengan sabda Nabi SAW.
Barangsiap diantara kamu melihat kemungkaran maka hendaklah
mengubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika tidak bisa
maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim).
Dakwah merupakan tugas yang terhormat dan mulia, karena hal itu
merupakan titah Allah dan Rasulnya. Dan dakwah juga merupakan usaha
merekontruksi masyarakat melalui kegaiatan sosialisasi dan pelembagaan Islam,
baik secara lisan (bi al-khithabah), tulisan (bi al-kitabah)
maupun dengan perbuatan (bi al-hal). Kegiatan tersebut harus dilakukan
dengan terrencana, terprogram, terorganisir dan sistematis.
Dakwah dalam praktiknya merupakan kegiatan yang sudah cukup
tua, yaitu sejak adanya tugas dan fungsi yang harus demban manusia di
belantara kehidupan ini. Oleh sebab itu,
eksistensi dakwah tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun, karena kegiatan
dakwah sebagai proses penyelamatan umat manusia dari berbagai persoalan manusia
yang merugikan kehidupannya, meruapan bagian dari tugas dan fungsi manusia yang
sudah direncanakan sejak awal penciptaan manusia sebagai khalifah fi al-ardh
(khalifah di muka bumi).
Dakwah dalam implementasinya, merupakan kerja dan karya besar
manusia, baik secara personal maupun kelompok yang dipersembahkan untuk Tuhan
dan sesamanya adalah kerja sadar dalam rangka menegakkan keadilan, meningkatkan
kesejahteraan, menyuburkan persamaan, dan mencapai kebahagian atas dasar ridha
Allah SWT. Dengan demikian, baik secara teologis maupun sosiologis dakwah akan
tetap ada selama umat manusia masih ada dan selama Islam masih menjadi agama
manusia.
Secara teologis, dakwah merupakan bagian dari tugas suci (ibadah)
bagi umat Islam. Kemudian secara sosiologis, kegiatan dakwah apapun bentuk dan
konteksnya akan dibutuhkan dan mewujudkan keshalehan individual dan keshalehan
sosial, yaitu pribadi yang memiliki kasih sayang terhadap sesamanya dan
mewujudkan tatanan masyarakat marhamah yang dilandasi oleh kebenaran tauhid,
persamaan derajat, semangat persaudaraan, kesadaran akan arti penting
kesejateraan bersama, dan penegakan keadilan di tengah-tengah kehidupan
masyarakat.
Pengertian Dakwah
Dakwah, secara bahasa (etimologi) merupakan sebuah kata dari bahasa
Arab dalam bentuk masdar. Kata dakwah berasal dari kata: دعا – يدعو - دعوة
(da’a, yad’u, da’watan), yang artinya seruan, panggilan, undangan
atau do”a.
Secara etimologi kata dakwah berarti : (1) memanggil; (2) menyeru;
(3) menegaskan atau membela sesuatu; (4) memohon dan meminta atau berdo’a.
Artinya, proses penyampaian pesan-pesan tertentu berupa ajakan, seruan,
undangan untuk mengikuti pesan tersebut atau menyeru dengan tujuan untuk mendorong
seseorang suapaya melakukan cita-cita tertentu.
Oleh karena itu, dalam kegiatan dakwah ada proses mengajak, maka orang
yang mengajak disebut da’i dan orang yang diajak disebut mad’u.
Pengertian dakwah dari segi bahasa ini masih memiliki karakteristik yang umum,
karena yang namanya mengajak, memanggil atau menyeru bisa saja kepada arah
kebaikan dan keburukan.
Definisi dakwah secara terminologi (istilah) para ahli berbeda-beda
dalam membuat rumusannya, sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing. Namun menurut
hemat penulis, bahwa pengertian dakwah adalah mengajak manusia kepada
kebajikan, kesejahteraan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
Pengertian Da’i
Multitalenta
Da’i multitalenta dapat diartikan sebagai: juru dakwah, baik
individu maupun kelompok berbekal Kompetensi, pengetahuan, bakat dan
keterampilan dalam dakwahnya secara konprehensif dan holistik.
Memang kalau kita perhatikan kemampuan juru dakwah yang komplit
seperti di atas, akan sulit atau sangat jarang ditemukan di tanah air ini,
apalagi zaman modern seperti sekarang ini masalah spesialisasi akademik
(keilmuan) menjadi tuntutan zaman. Dan sisi lain, juga manusia diciptakan oleh
Tuhan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Namun, yang dimaksud dengan
penulis akan hal tersebut paling tidak dari sekian banyak katagori yang mesti
dimiliki oleh juru dakwah terdapat potensi-potensi lain yang dapat digali dan
dikembangkan dari diri seorang da’i dalam mengahadapi masyarakat sebagai objek
dakwah yang bersifat komplek dan rumit saat ini.
Untuk menghadapi derasnya modernisasi, yang datang dari Barat,
dengan bercirikan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IFTEK), maka
seorang da’i dituntut untuk memiliki kemampuan dan penguasan multipengetahuan,
bakat dan keterampilan. Karena realitas masyarakat dan segala kehidupanya
begitu kompleks. Bagi juru dakwah, dalam melaksanakan tugas dakwahnya tidak
hanya terjun dari satu mimbar ke mimbar lain, dari satu panggung ke panggung
pengajian lain, dari satu mesjid ke mesjid lain saja, apalagi dakwahnya itu
masih monoton seperti ceramah, tabligh akbar, pidato dan semisalnya. Hal ini,
jelas tidak akan menyentuh hal yang esensial dari dakwah, yaitu perubahan, dan
pemberdayaan masyarakat dari segala aspek kehidupanya. Maka juru dakwah harus
memanfaatkan ilmu dan teknologi (IFTEK) sebagai media sebagai sarana dakwah, seperti
media elektronik dan media cetak.
Cara (Metode) dakwah secara umum dapat dikatagorikan kedalam
beberapa hal, pertama, dakwah bi-al-lisan, yakni dakwah
dengan cara lisan seperti ceramah, pidato dan tabligh, kedua, dakwah
bi al-hal, yakni dakwah dengan cara perbuatan dan tindakan nyata,
seperti pendidikan, pemberdayaan ekonomi, gerakan sosial, organiasasi politik
dan lain-lain, ketiga, dakwah bi al-kitabah, yakni dakwah
melalui tulisan, seperti artikel, tabloid, jurnal, bulletin, buku dan
lain-lain.
Secara umum, katagori da’i multitalenta sekurang-kuranya memiliki lima
kreteria sebagai berikut, pertama, mengenal dan menguasai peta
dakwah, kedua, penguasaan Ilmu pengetahuan dan teknologi, ketiga,
penggunaan metode yang tepat, keempat memiliki kompetensi dan
profesional, dan kelima, kemampuan
menajerial yang baik (seperti perencanaan (thahthit), pengorganisasian (tanzim),
pergerakan (tawjih), pengendalian (tatbiq)).
Pertama, Mengenal dan Menguasai Medan Dakwah
Dengan mengenal
dan menguasai peta dakwah, da’i, baik individu maupun kelompok (lembaga atau
organisasi dakwah) dapat menentukan dan mengklasifikasi juru dakwah yang sesuai
dan cocok dengan keberadaan dan kebutuhan objek dakwah yang sebenarnya.
Kedua,
Penguasaan Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Penguasaan ilmu
pengetahuan diartikan dengan memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas, baik
pengetahuan keislaman maupun pengetahuan umum secara integratif dan
konprehensif. sedangkan penguasaan teknologi adalah mampu memanfaatkan
teknologi tersebut sebagai media dakwah secara efektif dan efisien, baik berupa
media cetak maupun elektronik, sehingga melalui media tersebut dakwah dapat
dikemas dengan cantik dan menarik.
Ketiga, Penggunaan Metode yang Tepat
Metode yang tepat
artinya cara yang digunakan sesuai dengan kebutuhan objek dakwah (mad’u). Karena setiap objek
dakwah yang dihadapi oleh seorang da’i bervariatif. seperti masyarakat desa,
kota, tingkat pendidikan, tingkat pemikiran, profesi dan pekerjaan, status
sosial, dan sebagainya.
Keempat, Memiliki Kompetensi
dan Profesional
Kompetensi yang
mesti dimiliki adalah kompetensi personal dan kompetensi kepribadian.
kompetensi personal artinya seorang da’i memiliki kemampuan teoritis, seperti
ilmu dakwah. sedangkan kompetensi kepribadian memiliki keimanan dan ketaqwaan
yang tangguh, akhlak yang mulia, keteladan yang baik dan sebagainya.
Di akhir tulisan
ini, diharapkan bagi juru dakwah (Da’i) dengan memiliki dan menguasai keempat aspek
tersebut pelaksanaan dakwahnya dapat berjalan secara efektif, efisien dan sukses
(berhasil) secara maksimal dan optimal, sesuai dengan rencana dan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Wallahu Alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar