Renungan Ramadlan
Ramadlan Bulan Jihad
Oleh: Ahmad Gojin
Kata jihad berasal dari bahasa Arab; jahada, berarti bersungguh-sungguh,
berjuang. Dari akar kata ini lahir kata jihad berarti berjuang
dengan fisik, pikiran (ijtihad), dan hawa nafsu. Dalam
literatur tasawuf, kata jihad diartikan perjuangan (diri) secara optimal
untuk lebih dekat dengan Allah SWT. Atau dengan kata lain, perjuangan (diri) melawan
hawa nafsu supaya lebih dekat dengan Allah SWT.
Puasa ramdlan sebagai jihad melawan dominasi hawa nafsu, antara
lain dengan cara tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang,
tidak tidur kecuali sedikit sekali, tidak beribadah kecuali dengan ikhlas, dan
tidak berbicara kecuali yang bermanfaat. Sikap melawan dominasi hawa nafsu di
dalam diri terhadap perbuatan tercela (negatif), seperti marah yang tidak pada
tempatnya, takabur, hasad, kikir, riya, buruk sangka (negative thingking),
dengki, banyak keluh kesah, egois, sewenang-wenang, dan kasar. Inilah yang disebut
puasa yang hakiki. Memang berjihad melawan hawa nasfu tercela (nafsu
mazmumah) bukan perkara mudah. Namun setiap muslim dan muslimat harus
berusaha seoptimal mungkin (mujahadah) sesuai dengan kadar kemampunya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa puasa ramadlan merupakan media
perjuangan dalam melawan dominasi hafsu yang tercela, yang dapat menjerumuskan
setiap orang kedalam jurang kehancuran. Jadi ramadlan adalah “bulan jihad” (syahrul
jihad). Wallahu Alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar